[caption id="attachment_373939" align="aligncenter" width="600" caption="baghdadinvest.com"][/caption]
Nama Chep Hermawan langsung menjadi perbincangan sejak kemarin setelah menurut berita diduga sebagai donatur rekrutmen simpatisan ISIS di Indonesia. Siapakah Chep Hermawan sebenarnya? Benarkah ia donatur ISIS di Indonesia?
Setelah mencoba merunut detail pemberitaan mengenai Chep di dunia maya, saya menemukan bahwa sosok ini pernah berurusan dengan polisi di tahun 2014 lalu karena kedapatan menyimpan atribut berbau ISIS di mobilnya. Namun saat itu polisi tidak dapat menindaknya karena atribut terkait tidak benar-benar menyerupai atribut ISIS.
Chep sendiri diduga sebagai donatur ISIS karena ia mengaku memiliki dana pribadi yang cukup untuk membantu WNI yang hendak pergi berjihad di Timur Tengah, seperti ke Palestina, Suriah, dan Irak. Menurut saya, jika dikaitkan dengan penemuan atribut menyerupai ISIS (sebagai disebut sebelumnya), maka wajar jika polisi menaruh curiga padanya. Bisa jadi ada beberapa WNI yang didanainya tersebut justru pergi untuk bergabung dengan ISIS, bukan membantu aksi jihad di kawasan konflik di Timur Tengah.
Saya rasa dugaan ini semakin kuat ketika saya sering kali membaca berita, baik di media nasional maupun internasional, mengenai cara ISIS merekrut simpatisannya dari seluruh dunia. ISIS hampir tidak pernah mengoordinasikan perjalanan para simpatisannya yang hendak bergabung. ISIS lebih sering memberikan dana langsung kepada simpatisannya melalui pihak ketiga, di mana kemudian digunakan oleh simpatisan terkait sebagai dana perjalanan mandiri menuju Suriah dan Irak.
Sepengetahuan saya dari membaca beberapa berita mengenai perekrutan ISIS, para simpatisan baru akan dijemput langsung ketika telah mencapai daerah-daerah yang berbatas dengan Suriah dan utara Irak. Jadi, dapat dikatakan ISIS hanya ingin ambil jadinya saja, tanpa perlu repot-repot melakukan perekrutan langsung di banyak tempat. Bagi saya, hal ini sama saja penipuan. Satu nilai buruk tambahan bagi ISIS.
Ada beberapa cara propaganda ISIS yang saya tahu dari banyak pemberitaan di media, yaitu melalui dunia maya, propaganda literatur, dan rayuan dari orang-orang terdekat seperti keluarga. Untuk hal yang terakhir tampaknya menjadi cara yang umum dilakukan di Indonesia, di mana simpatisan ISIS mengajak orang-orang terdekatnya untuk bergabung dengan ISIS.
Bentuk rayuan yang digunakan umumnya berkaitan dengan harapan untuk memperbaiki kehidupan ekonomi , selain tentu saja mengenai ajakan untuk mendapatkan ridha Allah di dalam perjuangan menegakkan Islam di dunia. Mengenai harapan ekonomi sendiri, berdasarkan kasus Chep Hermawan, bisa jadi memang benar para simpatisan tergiur oleh iming-imingnya tersebut.
Apapun itu, kita tetap harus waspada mengenai ancaman ISIS yang dapat datang tidak terduga. Sekalipun kita dijanjikan harapan ekonomi yang lebih baik, namun tetap saja kita harus mengkroscek bagaimana harapan itu dapat diraih. Jangan juag mudah terpengaruh bahwa sebuah ajakan mampu membawa berkat Tuhan yang lebih besar, karena yang berhubungan dengan Tuhan haruslah sesuatu yang pasti, dan dalam Islam, hal tersebut telah tertuang jelas di dalam Al Qur’an dan Al Hadist, bukan tafsiran sepihak dari kelompok-kelompok ekstremis semacam ISIS. Salam damai!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H