Â
Sering kita mendengar orang bilang bahwa nasionalisme di kalangan pemuda kini, memprihatinkan.Dikatakan memprihatinkan karena dinilai sangat minim oleh semangat nasionalisme. Salah satu indikatornya adalah hafal atau tidaknya Pancasila secara berurutan. Kebanyakan genereasi Z atau alpha tidak menghafal runtutannya. Padahal Pancasila adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan kebangsaan karena itulah filosofi kita.
Begitu juga dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Tidak semua hafal karena kini sekolah tidak selalu melakukan upacara bendera setiap Senin. Apalagi sejarah kebangsaan kita, kemungkinan dihafal mereka bagian-bagian tertentu  saja. Apalagi sejarah Sumpah Pemuda yang diperingati orang setiap 28 Oktober yang menurut saya merupakan endorse untuk perjuangan yang lebih intelek menuju kemerdekaan Indonesia.
Peringatan 28 Oktober sebenarnya adalah momentum penting bagi kita untuk lebih tangguh mengisi kemerdekaan yang diperoleh dengan susah payah. Tidak hanya fisik namun juga pengorbanan mental, karena banyak pejuang yang gugur di arena perang sehingga menyisakan beban untuk anak istrinya. Spirit Sumpah Pemuda harus terus didengungkan untuk mengokohkan nasionalisme
Pemuda Indonesia yang merupakan pilar modal manusia (human resource), posisinya menjadi sangat strategis dan sekaligus tumpuan harapan bangsa untuk dapat memajukan negara dan menjaga keutuhan NKRI. Pesan yang harus abadi dari nilai sumpah pemuda diantaranya adalah semangat nasionalisme.
Dalam situasi seperti itu dan diperhadapkan dengan tantangan global yang sama sekali tidak dianggap remeh.  Tantangan itu bukan kolonialisme sebagaimana  saat Sumpah Pemuda lahir , namun tantangan itu telah bertransformasi dalam bentuk gempuran ideologi transnasional, penjajahan karakter dan neokolonialisme lainnya.
Ideologi transnasional tidak bisa dianggap remeh, karena dia sudah merembes ke banyak sendi  kehidupan kita. Kita mungkin pernah membaca seorang wanita muda yang menerobos ke istana dan bilang bahwa dia ingin bertemu Joko Widodo untuk mengubah filosofi negara dari Pancasila ke syariat Islam. Ada beberapa kejadian serupa yang terjadi di kalangan pendidikan. Media massa malah melaporkan banyak ujian sekolah yang punya tendensi intoleransi. Sehingga tidak heran bahwa banyak sekali murid yang menunjukkan sikap intoleransi terhadap sebayanya yang berbeda agama dan keyakinan.
Inilah ujian kita semua. Apakah nasionalisme kita masih kokoh atau nyata. Atau  sebaliknya yakni mengalami kekaburan. Merespon persoalan tersebut, sikap patriotisme harus menjadi bagian dari prioritas bangsa yang harus diperhatikan. Pentingnya menanamkan sikap kecintaan terhadap tanah air akan mempengaruhi kualitas bangsa menjadi bangsa yang maju karena dengan sikap patriotisme segala bentuk tindakan semuanya demi kemajuan dan keutuhan NKRI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H