Beberapa tokoh dan pemikir Islam sering mengunjungi Indonesia dan bertanya kepada para intelektual termasuk intelektual agama; bagaimana keragaman Indonesia berkembang dengan baik dan hidup berdampingan dengan damai. Entah itu perbedaan etnis, bahasa, agama, san lain sebagainya. Kita punya ratusan bahasa dan budaya serta adat . Juga ada beberapa agama dan puluhan aliran kepercayaan.
Banyak negara yang tidak punya keragaman yang sedemikian banyak tetapi mereka kesulitan untuk hidup berdampingan dengan nyaman. Di Amerika Serikat misalnya. Isu rasial soal warna kulit begitu kental dan belum selesai sampai ratusan tahun setelah itu.
Begitu juga soal agama di  Burma dan China yang sampai hari ini belum selesai. Gelombang pengungsi masih terjadi dan beberapa lainnya berhasil diselamatkan meskipun beberapa lainnya tidak selamat. China juga begitu. Mereka tidak mampu membuka diri pada dunia bahwa minoritas di sana tertekan karena keyakinan mereka.
Di beberapa negara besar dan maju, perbedaan menjadi begitu bermasalah dan tidak terselesaikan sampai sekarang. Jikapun bisa didamaikan, hanyalah di permukaan sedangkan secara esensi tidak berhasil diselesaikan. Jerman misalnya. Negara maju ini juga punya beberapa masalah yang belum selesai tapi tersimpan dan bisa meledak kapan saja. Negara seperti Inggris juga belum mampu menyelesaikan beberapa soal yang menyangkut agama yang berbeda dan dianut oleh banyak imigran di sana.
Lalu bagaimana dengan Indonesia terutama soal perbedaan agama ?
Islam sebagai agama mayoritas sejak lama sudah punya sifat moderasi atau Islam wasathiyah yang baik dan terpelihara. Baik secara sosial maupun ajaran agama Islam bisa menampakkan diri dengan wajah santun, berdampingan, damai dan toleran untuk semua pihak terutama dengan yang budaya yang punya beraneka hal.Â
Kita lihat bagaimana Islam sesungguhnya juga mempromosikan budaya dengan tidak menghilangkan budaya itu tapi mendampingkan budya itu dengan agama. Contohnya kita mengenal tahlilan yang merupakan budaya tapi secara esensi yang mengantarkan doa bagi kerabat atau orang yang meninggal. Namun ini adalah Islam yang sah dan diakui oleh banyak ulama dunia.  Islam di Indonesia telah  mengalami proses akulturasi dengan budaya lokal
Akhir-akhir ini kaum muda kita kerap terkecoh dengan kelompok Islam transnasional yang tekstual, kaku, hitam putih dan intoleran. Kelompok ini kerap membawa aura kekerasan /ekstremisme dan radikalisme. Â Mereka menyebut bahwa ini adalah islam murni yang merupakan ajaran Nabi Muhammad SAW dan islam moderat bukan sebagai islam murni. Mereka lupa bahwa banyak negara juga mendampingkan budaya dengan agama sebagai solusi terbaik yang cocok dengan mereka. Contoh nyata adalah Pakistan dan Maroko dimana agama dan budaya juga berdampingan dengan damai seperti di negara kita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H