Akbar adalah seorang pelajar asal Indonesia, yang belajar di Turki. Melalui facebook, Akbar berkenalan dan Yazid. Di akun facebook, terpampang foto Yazid begitu gagah memegang senjata laras panjang.Â
Kegagahan inilah yang kemudian mempengaruhi batin akbar. Yazid merupakan salah satu anggota ISIS yang ketika itu sedang berada di Suriah. Ketika itu, Akbar meengaku siap berangkap ke Suriah bergabung dengan Yazid.Â
Namun niat urung dilakukan, karena ajakan Yazid kalah kuat dengan pesan sang ibu, yang meminta Akbar untuk menjadi anak sholeh dan sering berbuat kebaikan. Kisah Akbar ini merupakan kisah nyata, yang kemudian digambarkan dalam film Jihad Selfie.
Contoh diatas merupakan bukti, begitu kuatnya peranan seorang ibu dalam mendidik dan menuntun anaknya ke jalan yang benar. Karena seorang ibu, tumbuh kembang anak akan bisa terarah. Saat ini, di era ketika teknologi informasi menjadi raja.Â
Eranya ketika informasi bisa menyebar begitu cepat. Eranya generasi muda melek teknologi, dan menjadikan dunia maya menjadi dunia kedua setelah dunia nyata. Keberadaan internet ini, tentu bisa memberikan dampak positif. Namun tak jarang juga internet justru banyak membuat generasi muda kita menjadi generasi yang sesat.
Hoax dan hate speech meraja lela dan terus menyebar hingga saat ini. Karena hoax seseorang bisa memutuskan tali pertemanan. Karena hate speech, seseorang bisa saling melakukan tindakan intoleran.Â
Anak yang sudah terpapar hoax dan kebencian, berpoptensi akan terpapar bibit intoleransi dan radikalisme. Karena anak lebih mudah untuk dipengaruhi dan diprovokasi. Bahkan anak muda juga lebih mudah untuk 'dimotivasi' sebagai teroris. Pada titik inilah diperlukan peranan yang kuat seorang ibu, seperti yang dirasakan oleh Akbar, yang tidak jadi bergabung dengan ISIS, karena teringat pesan sang ibu agar menjadi anak soleh.
Ibu merupakan kunci agar generasi penerus kembali ke jalan yang benar. Jadilah ibu yang toleran dan jangan menjadi radikal. Saat ini, mulai muncul fenomena perempuan yang ada di lingkaran jaringan terorisme. Kasus ledakan bom di Sibolga kemarin merupakan salah satu contohnya. Solimah yang merupakan istri dari Abu Hamzah, nekat meledakkan diri karena tak mau menyerahkan diri.Â
Menurut pengakuan anggota JAD ke polisi ini adalah istrinya jauh lebih radikal disbanding dirinya. Bayangkan, jika seorang anak didoktrin oleh ibu yang radikal? Kasus ledakan bom di Surabaya yang dilakukan oleh seluruh anggota keluarga ini bisa menjadi contoh. Karena orang tuanya radikal, anak-anaknya pun juga berpeluang untuk menjadi radikal.
Karena itulah, mari kita jaga anak-anak kita dari pengaruh buruk seperti intoleransi dan radikalisme. Jadilah ibu yang toleran dan jangan jadi ibu yang radikal. Sebarkalah pesan damai melalui anak-an.ak kita, agar mereka menjadi generasi yang toleran, yang menghargai dan menghormati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H