Banyak reaksi muncul usai debat Capres dan Cawapres pertama pertengahan bulan ini. Menurut mereka jalan debat tak asik, monoton, datar dan membosankan. Mereka menuntun debat seperti yang dibayangkan sebelumnya, yang klimaksnya perbantahan.
Debat penuh dengan perbantahan yang sering ditayangkan di televisi setiap minggunya pada hakekatnya adalah sebuah show yang diperlihatkan ke public. Â Seperti halnya show, dibuat untuk menarik bagi pemirsa dan penonton. Sehingga hal itu bisa untuk mendatangkan iklan yang tidak sedikit.
Iklan akan lebih mahal lagi jika ditempatkan di prime time - yaitu waktu yang diyakini banyak orang menonton televisi. Waktu dimana keluarga berkumpul untuk makan malam, anak-anak sudah selesai dengan pekerjaan rumahnya dan semuanya dalam keadaan tenang. Ini biasanya sekitar pk 19.00 ke atas  sampai pk 23.00.
Di slot inilah iklan akan dijual sangat mahal. Dan biasanya diisi oleh program unggulan. Seperti yang sudah dikemukakan di atas, debat yang disukai public karena dinilai seru berada di ranah ini. Iklan bisa mahal karena banyak penonton. Karena itu pihak penyelenggara harus tetap mempertahankan para nara sumber yang dinilai saling kontra untuk keseruan acara. Semakin saling kontra semakin baik karena semakin seru. Prinsip inilah yang dipegang oleh televisi.
Sering kita lihat pada talkshow itu dua pihak atau lebih memberikan argument-argumennya dengan keras. Saling menyerang dan kerap saling memojokkan. Semakin terpojok, maka orang semakin senang, semakin menarik dan rating akan lebih tinggi. Maka akan banyak pendapatan yang akan masuk pada stasiun televisi. Begitu seterusnya, televisi memainkan emosi kita untuk bisa mendatangkan penonton yang banyak.
Debat Capres dan Cawapres hakekatnya bukanlah show yang harus menyuguhkan keseruan. Saling berteriak sambil mencerca dan memojokkan lawan. Debat Capres dan Cawapres adalah ajang bagi calon presiden dan calon presiden yang diselenggarakan oleh KPU untuk memperkenalkan program masing-masing. Â Agar masyarakat tahu dan mencocokkan dengan harapannya. Jika harapan masyarakat sama dengan calon A, Â maka sebaiknya memilih A. Tapi jika harapannya lebih cocok dengan calon B, maka sebaiknya memilih calon B.
Jadi debat capres dan cawapres adalah cara mengedukasi masyarakat agar mendapat pengetahuan yang cukup untuk tahu siapa pemimpinnya kelak. Sebaiknya debat yang dilakukan itu seiring dengan kondisi rakyat yaitu debat yang santun.
Karena itu, sebaiknya kita pisahkan konsep debat capres dan cawapres dengan konsep debat (talkshow) televisi. Karena debat mingguan atau talkshow yang disuguhkan oleh televisi pada hakekatnya adalah untuk kepentingan dan cara televisi meraup keuntungan. Sedangkan debat capres dan cawapres adalah untuk menyebarkan edukasi kepada rakyat. Sebaiknya yang santun dan menyejukkan hati.
Marilah kita songsong Pilpres pada bulan April ini dengan gembira.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H