Sebuah sapu bisa digunakan sebagai sapu untuk membersihkan kotoran dengan bersih, jika lidi-lidi itu dikumpulkan menjadi satu. Kumpulan lidi tersebut akan membuat sapu menjadi kuat, dan bisa membersihkan kotoran apapun. Namun jika lidi tersebut hanya berdiri sendiri, selain mudah patah, kotoran pun tidak bisa dibersihkan.
Filosofi sapu ini juga selaras dengan pepatauh yang mengatakan, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Filosofi ini tentu bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah rumah tangga akan hancur, jika suami istri tidak mau bersatu. Sebuah bangsa akan hancur, jika masyarakatnya tidak mau bersatu.
Semangat persatuan ini, semestinya juga bisa menjadi landasan hingga saat ini. Jika dulu ada daerah berusaha ingin melepaskan diri dari Indonesia, sekarang ini tidak terlihat lagi. Namun yang terjadi justru penyebaran ujaran kebencian, yang tidak membuat antar masyarakat saling curiga, saling membenci satu sama lain, dan bahkan bisa berpotensi memunculkan konflik.
Bayangkan apa yang terjadi, jika dalam satu keluarga selalu dihiasi dengan pertengkaran. Cepat atau lambat, keluarga tersebut pasti akan hancur. Begitu juga dengan sebuah negara. Jika masyarakatnya terus dilanda rasa tidak percaya yang memicu terjadinya konflik, cepat atau lambat negara itu akan hancur.Â
Lihatlah negara-negara di timur tengah, yang sampai saat ini terus dilanda konflik di dalam negerinya. Akibatnya, masyarakatnya sendiri yang susah hingga saat ini.
Untuk itulah, pada momen tahun politik seperti sekarang ini, seluruh elemen masyarakat seharusnya turut aktif menciptakan pemilihan kepala daerah dengan aman dan nyaman. Mari kita dorong para pasangan calon yang akan bertarung, untuk tetap mengedepankan toleransi, merangkul keberagaman, dan tidak merasa paling benar karena didukung oleh kelompok mayoritas.
Masyarakat juga diharapkan lebih cerdas. Pilihlah pasangan calon yang sekiranya mampu bisa membawa daerahnya lebih maju dan sejahtera. Jangan terjebak dan terpengaruh oleh provokasi di media sosial, yang saling menjatuhkan pasangan calon. Kita semestinya bisa menilai secara logis dan obyektif.
Mari kita sebarkan ke seluruh elemen masyarakat, untuk tetap menjunjung semangat persatuan seperti yang tertuang dalam sila ketiga pancasila. Boleh kita berbeda pandangan politik, tapi ingat, tidak boleh saling mencaci dan menghujat satu dengan yang lain.
Boleh kita berbeda pilihan paslon, tapi kita tetap harus saling menghormati dan menghargai. Karena demokrasi akan mempunyai dampak positif, jika masyarakatnya bisa saling menghargai antar sesama. Bentuk penghargaan itulah yang akan menguatkan bangsa tersebut, dari segala provokasi yang menyerangnya.
Saat ini, Indonesia terus mengalami serangan hoax bertubi-tubi. Ironisnya serangan itu justru muncul dari dalam negeri sendiri. Dari anak bangsa yang terprovokasi oleh kepentingan sesaat. Meski jumlah mereka masih minoritas, tapi provokasi yang terus mereka munculkan di media sosial, berpotensi merusak kerukunan yang selama ini sudah terjalin.
Ingat, Indonesia adalah negara kepulauan yang mempunyai banyak suku. Di dalam suku-suku terdapat masyarakat yang mempunyai karakter yang berbeda-beda pula. Jika keberagaman itu bisa tetap dijaga, maka niscaya provokasi yang selalu muncul di tahun politik ini tidak akan mampu mempengaruhi masyarakat Indonesia.