Pada November kali ini, demokrasi dan kebinekaan masih jadi penguat dan mendasar bagi Indonesia, maka kita pantas mengingat Gus Dur atau Abdurrahman Wahid sebagai pahlawan yang masih relevan di masa kini. Beliau mungkin tidak mengenal dunia digital dan kurang kekinian, namun pandangan dan prespektifnya soal pluralisme masih terus hidup di Zaman now.
Gus Dur dikenal sebagai sosok yang mewariskan demokrasi dan faham pluralisme yang kuat bagi negara ini. Ketika dia menjadi kepala negara, perhatian utamanya tertumpu pada penguatan demokrasi dan akhirnya menghasilkan rintisan seperti Mahkamah Konstitusi, Komisi Pemberantasan Korupsi, Komisi Yudisial, Ombudsman, dan lain-lainnya. Gus Dur berhasil mencabut cap Eks Tapol dalam Kartu Tanda Penduduk, yang diberikan kepada orang-orang yang dianggap sebagai bagian dari kelompok komunis '65 dan berujung pada diskriminasi berkepanjangan.
Di banyak kelenteng Indonesia ada sinchia (xinnian) Gus Dur, di mana nama atau potretnya diletakkan di antara para leluhur. Inilah bentuk penghormatan masyarakat Tionghoa atas kebijakannya mencabut larangan ekspresi budaya Tionghoa yang ada sejak tahun 1967. Sampai sekarang masyarakat Tionghoa Indonesia bebas untuk mengekspresikan diri mereka sendiri.
Perjuangan Gus Dur bukannya tanpa hambatan. Banyak yang menentangnya. Meski begitu, tujuh tahun berlalu sejak kematiannya, sosoknya masih melekat di benak banyak masyarakat Indonesia dan dikenal sebagai tokoh pluralis.
Kenapa ?
Karena keyakinan yang teguh pada Islam dan demokrasi. Gus Dur meyakini Islam Rahmatan lil Alamin; Islam sebagai rahmat bagi semesta. Itulah nilai-nilai universal yang terus menerus dikumandangkannya. Demokrasi dengan segala keterbatasannya menjadi pilihan terbaik untuk mewujudkan nilai-nilai Islam. Menurutnya, demokrasi tidak hanya tidak haram, ia bahkan bagian wajib dalam Islam. Menegakkan demokrasi melalui as-syura (musyawarah) adalah salah satu prinsip penting Islam.
Banyak rakyat Indonesia mencintai Gus Dur karena dia terlebih dahulu mengabdikan dirinya untuk rakyat. Dia menjadikan kaidah "tasharuf al-imam ala al-raiyyah manuthun bi al-maslahat" (kebijakan pemimpin sangat tergantng untuk mencapai kesejahteraan umatnya) sebagai panduan.
Sampai kini, pemikiran dan perjuangan Gus Dur tetap menjadi sumber inspirasi. Bahwa Islam dapat dapat memainkan peran vitalnya untuk mewujudkan berkat untuk alam semesta. (Islam Rahmatan lil al-Alamin. Semangat Gus Dur masih relevan di jaman kekinian ; Gus Dur adalah pahlawan jaman now.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H