Mohon tunggu...
ardhani prameswari
ardhani prameswari Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang yang sangat menyukai photography

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merenungkan Pesan Raja Salman di Pilkada DKI

7 Maret 2017   06:41 Diperbarui: 7 Maret 2017   16:00 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberagaman suku dan budaya di Indonesia sudah tidak bisa dibantah lagi. Indonesia merupakan salah satu negara dengan ribuan suku yang ada. Keberagaman inilah yang membuat negeri ini begitu kaya. Tidak hanya alamnya, namun juga keanekaragaman budayanya. Karena itulah, dalam kunjungannya ke Indonesia, Raja Salman mengingatkan agar Indonesia tetap menjaga keberagaman dan toleransi antar umat beragama. Kenapa? Karena Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar. Dan dalam Islam, saling menghormati dan menjaga toleransi itu sangat dianjurkan.

Toleransi di Indonesia, sebenarnya sudah begitu dikenal oleh negara lain. Bahkan, Raja Salman pun sangat memuji toleransi yang ada di negeri ini. Dalam pertemuan dengan 28 tokoh lintas agama, Raja menyatakan, “Stabililitas Indonesia adalah buah dari toleransi dan hidup berdampingan di antara semua lapisan penduduk Indonesia." Dalam kesempatan tersebut, Raja juga menyatakan, “Semua agama harus berusaha untuk menjaga hak-hak manusia dan kebahagiaan mereka. Karena itu, penting untuk memerangi radikalisme dan ekstrimisme," kata Raja Salman.

Jika toleransi tetap dijaga, maka stabilitas negeri pun juga akan terjaga. Sebaliknya, jika toleransi dihilangkan, maka stabilitas suatu negara akan terganggu. Karena itulah, semua pihak harus berusaha menjaga agar toleransi ini tetap terjaga. Begitu juga dalam perhelatan pilkada putaran kedua di Jakarta, sudah semestinya toleransi ini tetap dipegang teguh oleh semua pihak. Mulai dari pasangan calon, tim sukses, simpatisan, dan seluruh masyarakat.

Mengingatkan pentingnya menjaga keberagaman, harus terus disuarakan oleh kita semua. Jakarta, merupakan salah satu kota yang penuh dengan keberagaman. Semua suku yang ada di Indonesia, hampir bisa kita temukan di kota ini. Sudah semestinya, jika ibukota tetap menjaga keberagaman kotanya. Dengan keberagaman yang ada, kota ini diharapkan menjadi kota yang bisa menerima bagi siapa saja.

Saat ini, Jakarta akan memasuki pilkada putaran kedua. Dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, masih harus berjuang untuk menduduki kursi DKI 1. Dalam putaran pertama sebelumnya, berjalan lancar meski sempat terjadi ketegangan. Kasus dugaan penodaan agama yang menimpa calon petahana, terus dibumbui berbagai macam sentimen oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Akibatnya, ibukota sempat memanas. Aksi 411, 212, 112, hingga 212 kembali terus mewarnai proses pemilihan pemimpin ibukota. Ironisnya, dalam aksi yang dilakukan oleh sebagian ormas Islam ini, terus menuntut agar petahana ditahan, petahana mundur, dan lain sebagainya.

Yang menarik adalah, fakta ini kemudian ‘digoreng’ oleh politisi dengan memberikan pernyataan yang membingungukan. Kondisi semakin runyam ketika berita bohong alias hoax terus bermunculan. Alhasil, ibukota menjadi kota yang dipenuhi ujaran kebencian. Padahal, ibukota memerlukan adu gagasan yang bisa dijadikan referensi calon pemilih, untuk menentukan pilihannya. Berbagai ujaran kebencian ini, telah membaur ke dalam isu politik.

Jakarta merupakan etalase Indonesia. Karena itulah ibukota harus memberikan contoh kepada daerah-daerah lain. Bersihkan kota ini dari berbagai ujaran kebencian, perilaku tidak manusiawi, kabar bohong, dan berbagai tindakan negatif lain yang bisa mengancam keberagaman kota ini. Para tokoh masyarakat, tokoh politik hingga tokoh agama, harus memberikan contoh yang baik. Para tokoh ini merupakan aset bangsa, untuk mewujudkan harmoni antar umat.

Mari selesaikan pilkada putaran kedua di Jakarta dengan penuh kedamaian. Gunakan momentum ini untuk memilih pemimpin yang mampu merubah Jakarta, menuju kota yang humanis bagi siapa saja. Dan untuk menjadi kota yang humanis, toleransi merupakan sebuah keharusan. Karena itulah, tidak ada salahnya kita terus mengingat Raja Salman, untuk tetap menegakkan toleransi dan menjaga keberagaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun