11 September 2001, kelompok teroris Al Qaeda meneror masyarakat Amerika Serikat, dengan menabrakkan 2 pesawat yang telah dibajak ke menara kembar World Trade Center, di New York. Dua jam kemudian, gedung yang menjulang tinggi itu runtuh. Tidak hanya itu, pada saat yang sama pembajak juga akan menabrakkan pesawat ketiga yang mereka bajak ke Pentagon. Namun upaya tersebut gagal. Teror pesawat ini menewaskan sekitar 3000 orang tak berdosa.
Paska serangan teror dengan menggunakan pesawat ini, para teroris lebih sering menggunakan bom untuk meledakkan targetnya. Indonesia merupakan salah satu negara, yang beberapa kali sempat menjadi target peledakan. Masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim, sering digunakan oleh kelompok radikal dan teroris untuk melancarkan targetnya. Tak hanya Indonesia, negara lain pun juga seringkali menjadi target bom para kelompok teroris ini. Mulai dari bom bali, bom Thamrin, hingga bom di Surakarta, Jawa Tengah.
Dalam perjalanannya waktu, kelompok teroris ini terus mendapatkan tekanan dari dunia internasional. Upaya mereka terus mendapatkan perlawanan dari dunia. Hal ini dapat dilihat di Suriah dan Iraq, yang menjadi basis kelompok ISIS, terus mendapatkan serangan dari militer setempat, dan negara-negara koalisi seperti Amerika Serikat, Perancis, dan Rusia. Nah..karena berbagai tekanan inilah, membuat para teroris ini kian terdesak. Akibatnya mereka terus melakukan perlawanan ke berbagai negara dengan berbagai cara.
Ada satu hal yang membuat kita tidak menduganya, serangan teror yang dilakukan kelompok teroris akhir-akhir ini justru sangat sederhana, namun tetap mematikan. Lihat saja yang terjadi di Nice, Perancis pekan kemarin. Dengan menggunakan truk, salah seorang simpatisan ISIS menabrak kerumunan massa yang sedang merasakan hari nasional Perancis. Akibatnya, 84 orang meninggal dan ratusan orang mengalami luka-luka. Menabrakkan kendaraan kerumunan orang ini, sering digunakan para militan Palestina ketika menyerang Israel. Bisa jadi, hal inilah yang menginspirasi para teroris untuk melakukan hal yang sama. Selain mudah dilakukan juga tidak memerlukan keahilah khusus.
Untuk itulah, perlu kiranya semua pihak meningkatkan kewaspadaan. Jangan meremehkan teror yang sederhan itu. Mari saling mengenal dengan lingkungan sekitar kita. Sudah tidak jamannya, untuk tidak menghargai perbedaan. Ingat, pelaku teror bisa dilakukan oleh siapa saja, dimana saja dengan dengan apa saja. Bisa jadi tetangga kita, atau rekan kerja kita, merupakan bagian dari kelompok teror. Hal ini penting agar kita bisa mengerti, apakah kita berada di linkungan yang aman atau tidak.
Sekali lagi, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, Indonesia dianggap sebagai tempat yang strategis untuk melakukan perekrutan, serta menyebarkan propaganda kekerasan keagamaan. Pola penyebaran dan perekrutannya pun, juga terus menyesuaikan perkembangan jaman. Tidak lagi dilakukan dengan cara konvensional, tapi juga dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi. Satu lagi yang harus diwaspadai, jagalah anak-anak kita meskipun masih belia. ISIS tidak sungkan-sungkan melatih anak-anak dibawah umur, untuk melancarkan serangan terornya. Beberapa bulan yang lalu, mereka sempat mengunggah video anak-anak dibawah umur, yang diduga berasal dari Indonesia, dilatih menggunakan senjata sungguhan. Mari terus mewaspadai pola sederhana mereka, namun mempunyai dampak yang tidak sederhana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H