Mohon tunggu...
ardhani prameswari
ardhani prameswari Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang yang sangat menyukai photography

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Untuk Para Pecandu Paham Kekerasan

23 Februari 2016   17:58 Diperbarui: 23 Februari 2016   18:42 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="beritagar.id"][/caption]Bagi orang  sudah menjadi pecandu narkoba, segala persoalan yang dihadapi akan selesai dengan mengkonsumsi narkoba. Itulah kebanyakan pengakuan yang keluar dari para pecandu. Lalu bagaimana dengan para pecandu lainnya? Orang yang suka melakukan aksi kekerasan, menurut saya juga menjadi bagian para pecandu. Mereka selalu beranggapan, kekerasan menjadi satu-satunya solusi untuk menyelesaikan persoalan. Kedua para pecandu ini, tentu harus dicarikan obatnya. Kalau pecandu narkoba mempunyai tempat rehabilitasi narkoba. Bagaimana dengan para mantan teroris, yang telah menjadi pecandu kekerasan?

Benih kekerasan yang disebarkan oleh kelompok Islam radikal dan teroris ini, memang tidak pernah ada matinya. Virus ini terus menyebar, khususnya menjangkit para generasi muda kita. Bentuk penghukuman yang telah diterapkan, seakan tidak pernah membuat jera. Mati satu, terus bermunculan generasi berikutnya. Fakta ini memang nyata di masyarakat. Karena itu harus dicarikan solusi bersama untuk menghentikannya.

Persoalan radikalisme keagamaan, sejatinya merupakan persoalan ideologi atau keyakinan. Wajar, jika mau dihukum berapa tahun pun, tidak akan membasmi ideologinya. Untuk itu perlu rehabilitasi, seperti yang dilakukan para pecandu narkoba. Rehabilitasi yang dilakukan selama ini dengan cara deradikalisasi. Pola ini dinilai efektif, sebagai bentuk pencegahan. Masyarakat yang belum terjangkit virus radikalisme, bisa paham dan ikut membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat lain. Sementara, masyarakat yang sudah tertular, bisa kembali ke jalan yang benar. Teorinya, memang semacam itu. Di tataran praktek, tentuk tidak semudah membalikkan telapak tangan

Hingga saat ini, sebagian masyarakat, kurang mendukung mengenai wacana deradikalisasi ini. Alasannya, deredakalisasi bisa mengurangi pemahaman tentang agama, khususnya Islam. Menurut saya, pemahaman ini kurang tepat. Karena inti dari deradikalisasi adalah, mengurangi pemahaman kekerasan dalam diri seseorang. Bukankah Islam agama damai yang tidak mengajarkan kekerasan? Lalu, apa yang perlu dikhawatirkan dari deradikalisasi ini?

Proses deradikalisasi ini tentu tidak bisa instan. Seperti para pecandu narkoba, butuh proses panjang, dan mungkin butuh pendekatan yang berbeda tiap-tiap orang. Seorang Abdul Ramhan Ayub, mantan petinggi Jamaah Islamiyah, yang saat ini keluar masuk penjara untuk melakukan deradikalisasi mantan pelaku terorisme, butuh proses panjang untuk menyadarkan dirinya. Setelah cukup stabil dan benar-benar mengerti, pria yang sempat mengenyam pelatihan di Afganistan ini, kini benar-benar menjadi pribadi yang toleran, pribadi yang menghargai kerukunan, tanpa ada kekerasan.

Kita tentu tidak ingin, tindakan terorisme yang mengatasnamakan agama terus terjadi. Kita juga tentu tidak ingin, semakin banyak generasi muda yang menjadi korban kelompok garis keras keagamaan ini. Mari kita bantu program deradikalisasi pemerintah, dengan cara kita masing-masing. Bisa dengan memberikan nasihat kepada anak-anak, menghiasai dunia maya dengan konten yang positif, ataupun dengan cara memberikan dakwah yang mencerahkan. Dengan cara yang sederhana ini, masyarakat yang berpotensi menjadi pecandu paham kekerasan ini, akan sadar kembali bahwa tindakan kekerasan itu bukan solusi segalanya. Dan buat pemerintah, jangan pernah lelah terus melakukan program deradikalisasi, buat para ‘pecandu-pecandu’ lainnya. Bersama kita bisa perangi terorisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun