Hari ini, 1 Juni, merupakan hari lahirnya Pancasila. 5 sila yang menjadi dasar negara Indonesia. Di hari jadi ini, alangkah baiknya dimaknai sebagai hari lahirnya keberagaman. Kenapa keberagaman? Karena Pancasila lahir dari bumi pertiwi Indonesia, yang terdiri dari berbagai macam suku. Karena itulah, Pancasila tidak hanya menjadi dasar negara, tapi juga menjadi falsafah hidup berbangsa bernegara. Kelima nilai yang tercakup dalam Pancasila, merupakan keinginan kita bersama, agar negeri ini tetap bersatu, bertoleran, dan sejahtera.
Dalam sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, kita diajarkan untuk mengakui keagungan Tuhan. Semua yang ada di bumi ini, termasuk kita merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai wujud syukur negara ini, menempatkan nilai Ketuhanan ini menjadi dasar dari nilai-nilai yang ada. Tuhan telah menurunkan tuntutan melalui agama-agama yang ada. Dan kita, sebagai manusia harus menjalankan petunjuk-Nya, sesuai yang diatur dalam agama. Hubungan manusia dengan Tuhan, tercermin dalam sila pertama ini. Habluminallah.
Namun, kita tidak boleh lupa hubungan antara manusia dengan manusia, habluminannas. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, berisi bagaimana seorang manusia menghargai dan menghormati sesama manusia. Saya, kamu, dan semua orang yang ada di bumi ini, baik yang beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha, atau ISIS sekalipun, sama-sama ciptaan Tuhan. Sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan, alangkah lebih baik jika saling memanusiakan. Bukan saling menghabisi, saling membenci, hanya karena beda pendapat, atau beda keyakinan.
Jika sikap saling menghormati dan memanusiakan manusia ini menguasai pikiran kita, maka tidak akan terjadi pertiakan yang bisa mengancam persatuan dan kesatuan. Karena itupula, Pancasila menegaskan pentingnya menjaga persatun dan kesatuan. Kenapa? Agar keberagaman yang begitu luas itu bisa terjaga. Agar pulau-pulau yang terjaga dari Sabang hingga Papua, masih tetap lestari. Tidak ada perpecahan, karena semua merasa satu tujuan. Yaitu menciptakan masyarakat yang adil dan makmur.
Apa yang dilakukan oleh Santoso, atau kelompok teroris lain, yang menyatakan perang dengan negara, adalah contoh yang keliru. Tidak ada yang salah dengan sistem demokrasi di negara ini. Kalau kelompok radikal itu menginginkan negara berazaskan Islam, bagaimana dengan kelompok keyakinan yang lain? Bukankah negara ini juga mengakui keberadaan mereka? Bukankah Tuhan menciptakan manusia itu bersuku dan beragama, dan tentu saja mempunyai keyakinan yang berbeda. Semoga di hari lahirnya Pancasila ini, bisa menjadi renungan bersama, bahwa menjaga keberagaman dalam payung negara kesatuan republik Indonesia, perlu terus disuarakan.
Seperti kita tahu, kemunculan kelompok radikal keagamaan diberbagai daerah, harus membuat kita waspada. Pengaruh ISIS yang menyebar propaganda dengan berbagai cara, juga harus kita waspadai. Ingat, setelah remaja yang menjadi target, mereka kini mulai menyasar anak-anak dibawah umur. Mari bekali anak-anak kita dengan pemahaman agama yang benar, dengan pemahaman nasionalisme yang kuat, agar rasa toleran tetap terjaga. Seperti garuda, yang terus mencengkeram pita bhineka tunggal ika, kita harusnya juga terus mengedepankan keberagaman dalam persatuan.