Mohon tunggu...
Ardhani Reswari
Ardhani Reswari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

just smile!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hikmah (salah jalan)

11 Juni 2013   10:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:13 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun belakangan, aku mulai berpikir tentang keadaan orang-orang di sekelilingku. Orang-orang terdekatku. Sahabat-sahabat dan saudara-saudara seiman. Tentang jalan hidup mereka, terutama masalah kuliah yang belum juga lulus. Dan kemarin, aku mulai mendapat pencerahan.

Semua berawal dari agenda membahas film bersama yang dibalut dengan nama MaFia (Majelis Film Aksara). Film yang di bedah pekan ini adalah Homeless to Harvard. Untuk resensinya mungkin akan ditulis langsung oleh peresensi film ini. Kalau sudah ada link-nya, nanti akan saya copy ke sini.

Menariknya setelah pemutaran film diadakan diskusi. Mayoritas peserta tertarik untuk ikut ber-opini. Makin sore, diskusi semakin hangat. Karena aku tidak akan membahas filmnya, sekilas aku paparkan tentang film ini. Film ini menceritakan kisah seorang perempuan yang tidak tinggal di rumah dan broken home, tapi ia bisa mendapat beasiswa penuh ke Harvard University. Sebuah prestasi luar biasa bagi seorang gelandangan yang hidup di jalanan. Dan film ini diangkat dari kisah nyata.

Di tengah-tengah diskusi, seorang alumni yang sudah berkeluarga akhirnya berbagi kisah kehidupannya kepada kami. Luar biasa, ternyata kisahnya mirip dengan apa yang dikisahkan dalam film. Tapi di sini aku tidak akan menceritakan bagaimana kisah sang Alumni ini. Mudah-mudahan beliau mau menyanggupi untuk mengisi BiSa (Bincang Kamis Aksara) dengan pengalaman dan ilmunya yang bermanfaat.

Inti dari kisah hidupnya adalah lakukan saja apa yang telah Allah gariskan kepadamu. Baik itu di jalan yang kau sukai atau tidak. Baik itu keinginanmu sendiri atau keinginan orangtuamu semata. Baik itu pilihanmu atau pilihan orang lain. Yakin saja itu semua jalan yang terbaik buatmu. Toh nyatanya kau sedang berada di jalan ini. Jalan yang kau jalani sekarang, termasuk jurusan yang ada di Kartu Rencana Studi-mu.

Yang pasti, ketika kau sedang menjalani kehidupanmu sekarang, jangan pernah berpikir untuk mengerem, dengan alasan yang bisa membuatmu terus berdiam diri. Tidak suka, bukan keinginan saya, bukan passion saya, salah jurusan, inginnya bukan di jurusan ini. Ok, just do it!

Kita memang tidak pernah tahu apa yang terjadi setelahnya, setelah kita berhasil melewati semua itu. Kita memang tidak tahu apa yang terjadi jika kita terus menjalani semua kepahitan hidup itu. Tapi yakinlah, titik nol itu akan muncul. Dan setelah nol, akan muncul satu, dua, tiga, dan seterusnya. Hidup baru itu akan muncul. Secercah cahaya itu akan datang. Meski sekarang kita berada di posisi minus, sedangkan yang lain tidak.

Jika melihat teman-temanku, para sahabat dan saudara-saudaraku, ada lebih dari 3 orang yang memilki jalan hidup yang sama. Kuliah yang belum juga selesai.

Synaps dengan synaps dalam otakku akhirnya bekerja. Aku tarik benang merahnya.  Apa yang Allah inginkan dengan membuatku berteman, bersahabat baik, dan dekat dengan saudara-saudara seiman yang belum juga lulus kuliah? Apa maksud dan rencana Allah sebenarnya atas keadaan ini?

Aku berpikir, bisa jadi inilah jawabannya. Mungkin Allah ingin agar mereka berhasil menjalani satu episode dalam hidup mereka. Mungkin saja Allah ingin agar mereka berjuang keras untuk mendapatkan kehidupan yang terbaik, sesuai yang diinginkan Allah. Dan semua ini adalah sebuah pembelajaran buatku. Sebuah hikmah.

Teringat kembali kata beliau, jika kita berpikir inilah keinginan Allah untuk kita, bukan keinginan pribadi kita, maka kita tidak akan merasa ada beban. Kalau bahasa saya-nya nothing to lose. Kita akan ikhlas menjalaninya. Toh yang tahu hidup yang terbaik untuk kita kan Allah, bukan kita. Jika jalan hidup dari Allah sesuai dengan keinginan kita, ya Alhamdulillah. Jika tidak, berprasangka baik-lah kepada Allah. Apa saja, apapun itu. Menurutku sebuah akidah, keimanan seseorang akan terlihat dari bagaimana ia meyakini apa yang Allah inginkan untuknya

Kalau meminjam istilah alumni di atas, Allah seperti telah memberikan satu jalan saja. Satu jalur saja. Kalau mau keluar, ya harus melewati jalan itu. Meski jalan itu banyak lubang, kerikil, ataupun duri. Kita memang tidak pernah tahu di ujung jalan itu ada apa. Masihkan jalan berduri nan panjang, ataukah secercah cahaya?

Untuk teman-teman terkasih, sahabat-sahabat tercinta, saudara-saudaraku seiman, teruslah berjuang selesaikan kuliahmu. Setelah itu, berdoalah dan yakinlah bahwa ada secercah cahaya di ujung jalan sana. Ada hikmah dan pelajaran yang ingin Allah tunjukkan padamu. Semangat!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun