Ini bukan kisah sukses, gemilang, apalagi bertuah. Ane bukan mau berbagi itu. Apakah Ane bangga? Tentu, karena Ane tidak putus asa. Ini adalah kisah kegagalan yang Ane alami. Murni pengalaman pribadi.
Pertama kali kisah ini bermula ketika Ane mengikuti tes psikologi di salah satu perusahaan perkebunan swasta tanah air, tepatnya sekitar tahun 2007. Cuma ada enam orang yang mengambil bidang keuangan saat itu. Besar harapan bagi lulusan D3 seperti Ane untuk dapat segera bekerja, karena mau melanjutkan S1 butuh biaya dan pastinya banyak waktu yang terbuang.Â
Namun Ane gagal, sob. Tanpa berpuas diri, Ane ngadep tuh ke penguji,
"Apa yang kurang dari diri Saya, Bu?"
Ternyata Ane dinyatakan tidak cocok untuk ditugaskan pada bidang yang mereka inginkan.
Dalam hati,
"Masa iya mau ngelamar kamu, Bu yang cocok?"
Akhirnya karena kesulitan mendapatkan pekerjaan dan dukungan orang tua, Ane melanjutkan kuliah dan menyelesaikan S1 dalam waktu 2,5 tahun. (Padahal normalnya 2 tahun, loh untuk jalur ekstensi. Xixixixi...).
Pengalaman selanjutnya adalah ketika tes wawancara di salah satu perusahaan franchise friedchicken di Jogjakarta. Nama perusahaan itu agaknya tidak perlu Ane sebutkan disini. Dalam wawancara itu, pewawancara menanyakan tentang gaji, seperti ini:
"Anda mencari gaji atau pengalaman?". Sontak ditanya seperti itu Saya rada gelagapan. Saya menjawabnya, "pengalaman."Pewawancara melanjutkan, "Kalau yang Anda cari adalah pengalaman, mengapa Anda tidak meminta setingkat UMR saja? Ini Anda meminta gaji yang begitu tinggi?"
Beliau terus mengoceh,"Kami tidak mencari lulusan S1, kami tidak butuh titel. Kami mencari orang yang dapat bekerja dan memberikan keuntungan bagi perusahaan."