Dalam beberapa tahun terakhir, kekerasan antar siswa di Indonesia semakin sering terjadi dan menjadi sorotan media. Dari kasus bullying di sekolah hingga tawuran antarpelajar, fenomena ini mencerminkan ketidakstabilan emosional dan sosial di kalangan generasi muda.Â
Peningkatan kasus kekerasan menunjukkan urgensi untuk mengevaluasi dan memperkuat pendidikan karakter dan moral di sekolah.
Salah satu kasus yang menggemparkan adalah kasus tawuran antar sekolah di Jakarta pada tahun 2019. Dalam insiden ini, sekelompok siswa dari dua sekolah berbeda terlibat dalam konfrontasi fisik yang berujung pada cedera dan kerusakan harta benda, bahkan kematian.Â
Ada juga kasus  seorang pelajar putri menjadi buta di Gresik yang diakibatkan oleh kakak kelasnya karena menolak pemalakan.
Terbaru adalah kejadian di Cilacap. Dua siswa SMP berinisial MK (15) dan WS (14) telah resmi ditetapkan sebagai tersangka, dinyatakan bersalah atas kasus bullying terhadap FF (14) yang masih duduk di bangku kelas 8 SMP, sebagaimana dilansir dari Tribunnews.
Kasus-kasus tersebut menjadi sinyal alarm bagi pihak berwenang dan masyarakat untuk memperhatikan masalah kekerasan antar siswa.
Akar Permasalahan
Beberapa faktor dapat diidentifikasi sebagai akar masalah dari kekerasan antar siswa di Indonesia.Â
Pertama, kurangnya pendidikan karakter dan moral di sekolah. Pendidikan yang terfokus hanya pada materi akademis seringkali mengabaikan aspek-aspek penting lainnya seperti karakter, moral, dan nilai-nilai kehidupan.
Kedua, pengaruh lingkungan dan media sosial. Anak-anak dan remaja saat ini tumbuh dalam era digital, di mana mereka mudah terpapar pada berbagai jenis konten, termasuk yang bersifat negatif dan kekerasan.Â
Lingkungan keluarga dan teman sebaya juga berperan dalam membentuk perilaku dan karakter siswa.