Musim KKN telah tiba. Dimana terdapat sebuah program kampus yang bertujuan untuk mengabdi pada masyarakat. Tujuan utama dari program ini sesungguhnya adalah untuk mengabdi kepada masyarakat. Tetapi anak-anak muda para pelaku KKN, makin menyalah artikan tentang program KKN ini. Para pemuda terkesan tidak tulus dalam sebuah pengabdian singkat ini. Mereka hanya berorientasi angka. Iya angka. Angka untuk pelengkap dan penambah pada transkrip nilai.
Mereka kehilangan makna mendalam tentang pengabdian. Men-setting diri agar terlihat aktif dihadapan Dosen Pendamping. Agar mendapat sebuah reward. Yaitu Angka. Yang tidak lain agar lulus pada mata kuliah KKN. Lebih dari itu mereka berburu predikat nilai A pada mata kuliah tersebut.
Mereka melupakan substansi pengabdian. Mereka lupa, bahwa mereka mempunyai tujuan utama yang harusnya dilakukan dengan tulus. Tanpa harus terbebani reward predikat A.
Di lain sisi, keterlibatan universitas dalam memvonis mahasiswa aktif dan tidak aktif dalam program KKN dengan sebuah rewards turut melunturkan ketulusan makna pengabdian. Ketika vonis itu di pelupuk mata, semua insan mahasiswa mencoba untuk men-setting keaktifan. Bayang-bayang ketidak lulusan dalam mata kuliah KKN, itulah yang menjadi penyebab insan mahasiswa mengesampingkan tujuan utama sebuah pengabdian.
Semoga saja paradigma pengabdian yang sesungguhnya dapat tercapai. Sehingga mahasiswa akan tulus dan ikhlas dalam menjalankan program tersebut tanpa terbebani vonis reward predikat angka dan huruf A.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H