Mohon tunggu...
Arden William Tan
Arden William Tan Mohon Tunggu... Lainnya - Murid

-

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Generasi Muda dan Krisis Literasi: Kenapa Kita Lebih Suka Scroll daripada Membaca?

17 November 2024   17:25 Diperbarui: 17 November 2024   17:26 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Di era digital ini, generasi muda semakin akrab dengan teknologi. Hampir setiap hari, layar ponsel kita penuh dengan video pendek, meme, dan notifikasi dari media sosial. Tetapi ada satu hal yang semakin memudar: minat membaca. Banyak penelitian menunjukkan bahwa tingkat literasi generasi muda mengalami penurunan. Pertanyaannya, kenapa hal ini bisa terjadi? Dan apakah itu masalah besar?

Scroll Tanpa Henti: Gaya Hidup Baru Generasi Muda
Saat ini, kita lebih sering menghabiskan waktu untuk scrolling di media sosial daripada membaca buku atau artikel panjang. Dalam 15 detik pertama, jika sesuatu tidak menarik perhatian kita, maka kita segera berpindah ke konten berikutnya. Fenomena ini dikenal sebagai short attention span, atau rentang perhatian yang semakin pendek.

Menurut survei dari UNESCO, hanya 1 dari 1.000 orang Indonesia yang memiliki kebiasaan membaca. Sebaliknya, laporan dari We Are Social menunjukkan rata-rata orang Indonesia menghabiskan lebih dari 8 jam per hari di internet. Ketidakseimbangan ini menunjukkan bahwa budaya membaca semakin tergeser oleh konsumsi media cepat.

Apa yang Hilang Saat Kita Berhenti Membaca?
Membaca bukan hanya soal mendapatkan informasi, tetapi juga tentang membangun pemikiran kritis, kreativitas, dan empati. Ketika kita membaca cerita, misalnya, kita diajak untuk memahami sudut pandang orang lain. Sayangnya, kebiasaan ini tergantikan oleh konsumsi konten visual yang sering kali dangkal dan tidak memicu pemikiran mendalam.

Lebih jauh lagi, membaca juga terbukti meningkatkan kemampuan bahasa, kosakata, dan kemampuan menyampaikan ide. Ketika literasi turun, maka kemampuan komunikasi dan daya saing generasi muda di dunia global juga terancam.

Solusi: Literasi di Era Digital
Bukan berarti kita harus memusuhi teknologi. Sebaliknya, teknologi bisa menjadi alat untuk meningkatkan minat membaca jika digunakan dengan bijak. Berikut adalah beberapa langkah sederhana yang bisa diambil:

Manfaatkan E-Book dan Audiobook

Banyak platform menawarkan buku elektronik dan audio secara gratis. Ini bisa menjadi alternatif praktis untuk memulai kebiasaan membaca di tengah kesibukan.

Ikut Komunitas Literasi Online
Media sosial sebenarnya bisa menjadi ruang untuk berbagi ulasan buku, membaca bersama, atau berdiskusi tentang karya sastra.

Batasi Waktu Konsumsi Media Sosial

Gunakan aplikasi pengatur waktu untuk mengelola durasi menggunakan media sosial. Sisihkan waktu khusus untuk membaca setiap hari, walaupun hanya 15-30 menit.

Baca Artikel yang Berkualitas
Daripada hanya membaca berita singkat atau judul yang sensasional, carilah artikel mendalam yang membahas topik yang Anda minati.

Ayo, Mulai Dari Sekarang!
Perubahan tidak akan terjadi dalam semalam. Namun, langkah kecil seperti membaca satu artikel per hari atau menyelesaikan satu buku per bulan bisa menjadi awal dari revolusi literasi pribadi. Generasi muda memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif, dan literasi adalah kunci utamanya.

Jadi, bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda membaca hari ini, atau masih sibuk scrolling?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun