Sebuah film karangan dan produksi dari negeri Paman Sam, yang terkenal dengan julukan Hollywood ini tentu tidak diragukan lagi keberhasilannya dalam membuat suatu karya film.Â
Film yang diadaptasi dari kisah nyata ini menceritakan tentang Tentara Amerika Serikat yang ditugaskan untuk menjaga perbatasan Afghanistan dikarenakan adanya pemberontakan dari orang-orang Taliban.Â
Film ini sangat kental akan hawa permusuhannya. Diperankan oleh beberapa aktor Hollywood ternama antara lain Scott Eastwood, Caleb Laundry Jones, Jacob Scipio, Orlando Bloom dan artis papan atas Hollywood lainnya.
Scott Eastwood yang memerankan Sersan Romesha, dia merupakan seorang sersan yang pantang menyerah dan sangat peka terhadap sekitarnya. Sifat-sifat ini terlihat salah satunya ketika para tentara lain sibuk dengan gitar sembari menyanyi dan cigarret ditangan, Romesha justru merasakan dan sadar bahwa ada Yunger yang tengah merasakan guncangan hebat dengan memegangi laras hitam yang ditempatkan pada dagu sambil mengoceh dan ingin menarik pelatuk sehingga mengakhiri hidupnya dan melepaskan rasa bersalah yang menggerogoti pikirannya karena kematian Kapten Yilescas yang tepat di depan kedua matanya.Â
Kemudian, ada Carter yang selalu terlambat saat dibutuhkan di medan peperangan, berbicara seenaknya dan memiliki sorot mata serta mimik wajah yang seakan-akan menyimpan ketidaksukaan dengan rekan-rekannya akan tetapi ternyata memiliki jiwa solidaritas yang tinggi.Â
Terbukti ketika akhirnya serangan hebat dari Talliban yang memporak porandakan PRT Kamdesh (Camp tentara AS) dan menewaskan puluhan prajurit, di waktu itu ada Mace yang terluka parah salah satu kakinya remuk dan Carter yang meskipun nyawanya sedang terancam oleh tembakan-tembakan dari Taliban masih berusaha menyelamatkan Maze, hingga sampai diakhir peperangan dan Carter mengetahui bahwa Maze akhirnya tidak tertolong oleh medis, mentalnya pun terguncang. Sungguh jiwa empati dan setia kawan yang dimilikinya sangat besar.Â
Film yang penuh dengan suara tembakan dan ledakan granat yang menimbulkan suara bising dan suara sumpah serapah dari para tentara akibat dari serangan Taliban yang mendadak dan bertubi-tubi.
Banyak peristiwa yang sebenarnya sudah mereka prediksikan, akan tetapi setelah benar-benar terjadi membuat mereka seakan tidak percaya.Â
Seperti kematian Kapten Keating ketika sedang mengendarai Six (Truk) tetapi dalam perjalanan terjerumus ke dalam jurang, Kemudian kematian Kapten Yilescas sewaktu di titian yang secara mendadak terkena lemparan bom yang berakibat terganggunya mental Yunger karena disaat kejadian ialah yang berada disampingnya.Â
Hingga puncaknya pada 3 Oktober 2009, pukul 05.00 A.M serangan masuk besar-besaran yang memporak-poranda dan menghancurkan PRT Kamdesh, hingga menghasilkan suara genjatan senjata antara dua kubu dan menimbulkan suara-suara gelegar dari senjata dan granat mereka, menghiasi film dan menghasilkan suasana mencekam serta fokus dari saya selaku penonton film ini. Setidaknya 1 jam terakhir adu senjata antara para tentara Amerika dan orang-orang Taliban menghidupkan film yang notabene ber-genre action ini.
Serangan dari pasukan Taliban yang secara tiba-tiba tanpa "aba-aba" terlebih dahulu yang beberapa kali tampil mendominasi memberikan kesan repetitif, akan tetapi meski demikian tetap bisa menghasilkan efek kejutnya. Hal ini menjadi suatu kelebihan karena memainkan ketegangan dari penonton film atas serangan Taliban yang secara tiba-tiba.Â