Tidak terasa 12 tahun sudah saya menjadi guru. Menjadi guru itu gampang-gampang susah. Mengampu pelajaran tertentu yang telah ditekuni sekian lama dan terus berulang tentu bukanlah pekerjaan sulit. Namun menghadapi murid yang selalu berganti tiap tahun, memiliki karakter berbeda, dan tingkat penyerapan terhadap materi pelajaran yang tak sama, pasti membutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi. Guru yang tak sabar dan kurang telaten akan terkurung oleh frustasi. Profesi mulia sebagai guru terasa sebagai sebuah beban yang terus menghimpit. Bisa-bisa guru menjadi stres. Padahal guru dalam berbagai sisi menjadi ukuran nilai yang darinya murid bercermin untuk merangkai makna keteladanan. Saya teringat dengan kalimat sakti dari Charlie Ward bahwa Guru yang biasa-biasa saja memberi tahu. Guru yang baik menjelaskan. Guru yang bagus menunjukkan bagaimana caranya. Tetapi guru yang luar biasa menginspirasi murid-muridnya. Saya ingin mendapatkan level tertingi sebagai guru yaitu guru inspiratif. Angan saya untuk menjadi Guru inspiratif memang tidak dengan sendirinya muncul. Sebab, institusi pendidikan pencetak guru pun tak pernah membekali kemampuan seperti itu. Karenanya, guru inspiratif harus dibentuk. Salah satu faktor pemantiknya adalah menjaga komitmen untuk terus memberi spirit kreatif-inspiratif kepada para siswa. Dengan spirit ini, guru dapat menciptakan manusia unggul yang penuh dengan kreativitas dan kemampuan kompetitif. Di sisi lain, dari unsur internal menjadi guru inspiratif harus memenuhi sejumlah syarat. Di antaranya, menyukai tantangan dengan terus belajar. Perubahan zaman yang ditandai dengan perkembangan teknologi informasi begitu cepat semestinya segera direspons guru. Dengan terus belajar, guru inspiratif senantiasa memperbarui khazanah pengetahuannya. Dengan cara inilah ia memiliki kapabilitas dan kompetensi, baik secara personal maupun sosial yang mumpuni. Hasrat terus belajar, kapabilitas, dan kompetensi personal-sosial masih perlu didukung dengan kreativitas guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang inspiratif. Jika cara mengajar dan apa yang kita ajarkan kepada murid-murid kita hari ini sama saja dengan yang kemarin, maka kita merampas masa depan anak didik kita tersebut. Dalam iklim demikian, guru dapat menarik minat siswa untuk senang terhadap pelajaran. Rasa senang inilah yang menjadi modal penting dalam diri siswa untuk menekuni dan menggeluti pelajaran secara lebih optimal. Selain itu, rasa senang juga akan menghilangkan kejenuhan dan kemalasan sehingga mereka akan bergairah dan senantiasa penuh semangat dalam belajar. Saya sepakat orang yang bisa membuat semua hal yang sulit menjadi mudah dipahami, yang rumit menjadi mudah dimengerti, atau atau yang sukar menjadi mudah dilakukan, itulah pendidik yang sejati. Siswa tidak peduli betapa pintarnya seorang guru, yang mereka pedulikan adalah apakah guru tersebut juga peduli terhadap dirinya. Indikasi bahwa seseorang bisa disebut guru (pendidik) yang hebat bukanlah pada kemampuannya mengajarkan murid untuk pintar menjawab semua jenis pertanyaan, tetapi pada kemampuannya menginspirasi murid agar mengajukan pertanyaan yang dia sendirinya kesulitan untuk menjawabnya. Dengan kata lain, bila guru mengajar agar murid bisa sama pintarnya dengan dia, itu biasa saja. Guru yang bagus adalah yang bisa mendidik muridnya agar jauh lebih pintar dan lebih kritis daripada dirinya sendiri. Adalah suatu kemampuan luar biasa dalam diri guru bila ia mampu menggugah rasa cinta anak didiknya akan daya cipta kreatif dan ilmu pengetahuan. Semoga saya tetap menjadi guru yang menginspirasi muridnya dan tetap dicintai muridnya. Terima kasih murid-muridku atas kado ulang tahun yang kalian berikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H