Mohon tunggu...
Ardan Sirodjuddin
Ardan Sirodjuddin Mohon Tunggu... pegawai negeri -

saya adalah seorang guru SMK yang ingin mengembangkan pendidikan tanpa sekat ruang dan waktu. Disamping juga sebagai admin web sekolah di www.smkn8semarang.sch.id dan pengelola blog www.kang-ardan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa Diklat Tidak Efektif?

16 September 2011   03:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:55 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Membaca status facebook di wall BPTIKP Jawa Tengah membuat saya trenyuh, prihatin dan sekaligus geram. Trenyuh karena inilah kondisi riil di lapangan berkaitan dengan pelaksanaan suatu diklat, prihatin karena sudah sekian lama terjadi dan terus terjadi secara berulang-ulang, dan terakhir geram karena tujuan diklat yang bagus untuk menjadi akselerator kemajuan pendidikan Indonesia akan sia-sia dan tidak ada hasil yang standar apalagi maksimal.
Melaksanakan sebuah diklat tidak jauh berbeda dengan melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Ada tiga komponen penting dalam diklat yaitu Input peserta, Proses dan Output. Kita bahas satu persatu. Berkaitan dengan input saya menyoroti ini sebagai faktor utama kegagalan sebuah diklat apalagi diklat TOT (Training On Trainer). Kenyataan di lapangan input peserta tidak sesuai dengan karakteristik diklat yang hendak diikuti, sebagai contoh diklat TOT BPTIKP terbaru yang mensyaratkan sekian banyak aturan nyatanya diikuti oleh peserta yang tidak sesuai dengan syarat yang ditetapkan. Kenapa ini bisa terjadi? Menurut saya Dinas Pendidikan Kota tidak melakukan seleksi dalam mengirim peserta TOT (dengan bahasa lain langsung penunjukan). Akibatnya peserta yang dikirim tidak mengetahui segala hal yang berkaitan dengan persyaratan diklat atau bila tahu maka dia akan datang dengan modal nekat. Padahal keberhasilan seorang peserta diklat itu karena tiga hal, yaitu punya niat, punya minat dan mau belajar. Kalau salah satu tidak ada maka bisa dipastikan apa yang diperoleh dari tempat diklat tidak akan mengimbas pada lingkungannya karena dia sendiri tidak mudeng dengan materi yang dipelajarinya. Akan lebih efektif jika ketiga hal tersebut ada pada setiap peserta diklat. Mengacu pada diklat TOT BPTIKP, saya berasumsi bahwa peserta lomba website, lomba blog guru dan lomba MPI memenuhi ketiga hal tersebut. Saya jamin peserta ini pasti berkualitas.
Berkaitan dengan proses, saya tidak akan mempermasalahkan panjang lebar karena sudah tertata dengan baik. Terima kasih kepada BPTIKP Jawa Tengah atas pelaksanaan diklat. Untuk output ini yang saya pertanyakan? Karena hampir semua diklat yang diikuti teman-teman guru di sekolah tidak mengimbas pada guru lain. Atau contoh yang paling kentara, hampir setiap tahun Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah memberikan blockgrant Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk guru-guru se-Jawa Tengah. Tetapi hasil dari Blockgrand PTK tersebut kalah dengan guru yang melaksanakan PTK tanpa blockgrand (atas kemauan sendiri). Ini bisa dilihat pada finalis Lomba Karya Ilmiah Inovasi pembelajaran Guru tingkat jawa Tengah, peserta non block grand jauh lebih banyak dibanding peserta blockgrand.
Menutup tulisan saya, saya memberi masukan kepada pelaksana diklat. Satu masukan saya bahwa untuk menguji niat, minat dan kemauan belajar peserta dengan cara melaksanakan lomba terlebih dahulu sesuai dengan materi diklat. Peserta lomba inilah yang nantinya menjadi peserta diklat. Ini sebuah wacana, silahkan dikomentari, terima kasih.

Ardan Sirodjuddin, S.Pd. Penulis di www.blog.ardansirodjuddin.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun