Mohon tunggu...
Fatkhul Muin kabarseputarmuria
Fatkhul Muin kabarseputarmuria Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Warga,Wiraswasta,YouTuber

Sepuluh tahun lalu berkecimpung memburu dan menulis berita namun saat ini berwiraswasta dan mengembangkan ekonomi kerakyatan di pedesaan. Tetapi hasrat untuk menulis masih menggebu-ngebu kanal kompasiana inilah sebagai ajang pelampiasaan untuk menulis. " Menulis tidak bisa mati " aku tuangkan kreasiku juga di blog pribadiku www.kabarseputarmuria.com selamat membaca dan berbagi informasi No HP : 085290238476 semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seni "Kentrung" Jepara di Ambang Kepunahan

5 April 2011   00:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:07 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13019629532107281161

[caption id="attachment_99798" align="aligncenter" width="300" caption="Dalang kentrung in action dalam sebuah pementasan"][/caption]

JEPARA - Makin banyak saja kesenian tradisional di Jepara yang terancam punah. Akibat tidak berjalannya proses regenerasi, kesenian tradisonal kentrung juga mengalami ancaman itu. Para seniman kentrung sendiri bahkan tak yakin sampai kapan kesenian bisa bertahan. Seni kentrung adalah seni pentas yang melibatkan 2 -3 orang dengan cara membacakan lakon yang dalam pementasannya diiringi dengan pantun atau joke-joke yang lucu . Sehingga para penonton yang melihat dan mendengar akan terpesona oleh olah kata sang dalang , bahkan jika tak kuat bisa membuat terbahak-bahak orang yang mendengarkannya. Selain bercerita dalam seni kentrung ini juga menggunakan alat music tabuh berupa rebana yang suaranya jika didengar bersahutan-sahutan, sehingga dalam bercerita sanga dalang sekaligus pemain music memadukannya sehingga enak didengarkan. Selain orang tua yang menjadi penggemar utama , anak muda satu dua juga senang akan kesenian kentrung ini oleh karena itu meskipun tidak seperti dahulu pada jaman kejayaannya puluhan tahun yang lalu , kini seni kentrung masih bisa kita saksikan. Biasanya seni kentrung ini didatangkan untuk memeriahkan acara semisal melekan bayi , acara 17 agustusan juga untuk melekan menyambut tahun baru hijriah. " Ya seperti di Radio Kartini FM Jepara setiap pergantian tahun baru hijriah pasti ada siaran langsung Kentrung di Studio, selain untuk nguri-nguri seni ini juga sebagai tanda syukuran datangnya tahun baru ", ujar Odie Melankolis seniman dari Jepara kepada Fatkhul Muin yang mewawancarainya Di Jepara dulu desa Ngasem kecamatan Batealit di kenal sebagai gudangnya dalang kentrung , namun seiring dengan merebaknya kesenian modern seni kentrung ini lambat laun makin hilang dari pededaran . Meski demikian saat ini masih dapat kita temukan dalang kentrung walaupun jumlahnya bisa dihitung dengan jari hal itu disebabkan tidak adanya regenerasi dari mereka. Penerus dari dalang kentrung ini tidak bisa mewariskan keahlian mereka pada anak-anak mereka yang tidak mau menekuni seni ini , justru mereka memilih pekerjaan lainnya Seni kentrung sendiri syarat muatan ajaran kearifan lokal. Dalam pementasannya, seorang seniman menceritakan urutan pakem dengan rangkaian parikan. Joke-joke segar sering diselipkan di tengah-tengah pakem, tetap dengan parikan yang seolah di luar kepala. Parikan berirama ini dilantunkan dengan iringan dua buah rebana yang ditabuh sendiri. Beberapa lakon yang dipentaskan di antaranya Amat Muhammad, Anglingdarma, Joharmanik, Juharsah, Mursodo Maling, dan Jalak Mas. Selama seniman kentrung masih ada tradisi rutin untuk mementaskan seni kentrung ini pada awal tahun baru hijriah tetap dilaksanakan oleh pemerintah daerah Jepara lewat Radio Kartini. Selain nambani kangen untuk penggemar seni kentrung di Jepara juga sebagai ajang pelestarian seni tradisional Jepara . (FM)


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun