Mohon tunggu...
Fatkhul Muin kabarseputarmuria
Fatkhul Muin kabarseputarmuria Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Warga,Wiraswasta,YouTuber

Sepuluh tahun lalu berkecimpung memburu dan menulis berita namun saat ini berwiraswasta dan mengembangkan ekonomi kerakyatan di pedesaan. Tetapi hasrat untuk menulis masih menggebu-ngebu kanal kompasiana inilah sebagai ajang pelampiasaan untuk menulis. " Menulis tidak bisa mati " aku tuangkan kreasiku juga di blog pribadiku www.kabarseputarmuria.com selamat membaca dan berbagi informasi No HP : 085290238476 semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mainan Alat Dapur dari Tanah Liat Jepara Masih Digemari Anak-Anak

12 Agustus 2015   09:48 Diperbarui: 12 Agustus 2015   09:48 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Erik menunggu pembeli"][/caption]

JeparaDesa Mayong lor kecamatan Mayong sejak dulu dikenal sebagai desa penghasil kerajinan dari tanah liat . Selain genting , bata merah juga berbagai alat dapur seperti tungku , cobek,kendi , kemaron , genthong dan masih banyak lagi yang lainnya. Lainnya lagi adalah mainan anak-anak berupa celengan dan juga miniature alat dapur.

Melihat peluang yang masih terbuka itulah Erik (21) warga RT 06 RW 03 desa Mayong Lor kini berbisnis menjual mainan anak-anak dari tanah liat. Sudah lima tahun ini ia berkeliling ke kota-kota sampai desa untuk memasarkan kerajinan dari desa kelahirannya itu. Di setiap ada keramaian tahunan di berbagai tempat ia pasti mengambil lapak untuk berdagang.

“ Habis lulus SMP saya kerja Monelan ikut orang. Namun saya rasakan tidak ada kemajuan akhirnya sayapun mencoba menjual kerajinan tanah liat buatan ayah saya dan juga saya sendiri. Alhamdulillah jalan sampai sekarang”, ujar Eric yang ditemui kabarseputarmuria ketika menggelar dagangannya di arena pasar malam.

Dibantu dengan adiknya ia berdagang mainan tanah liat diantaranya celengan berbagai macam bentuk. Ada bentuk ikan, buah ,  orang , sampai dengan mobil-mobilan. Untuk miniature alat dapur ada tungku , wajan, cobek,muntu ,tungku,genthong, kendi dan masih banyak lagi yang lainnya. Mainan dengan warna cat yang meriah membuat anak-anak tertarik untuk membelinya.

“ Kalau yang alat dapur ini buatan orang tua saya yang sejak dulu dikenal sebagai pengrajin mainan anak-anak. Sedangkan untuk yang celengan ini kebanyakan buatan saya seperti mobil, teletubis dan wayang bagong ini. Adapun  harganya paling murah ya Rp 1.000,- paling mahal ya sekitar Rp 10 ribuan”, kata Eric

Meski sudah digempur oleh mainan import dari plastic namun Eric mengatakan usaha penjualan mainan anak tradisional dari tanah liat ini masih prospektif. Dia yang dulu pekerja membuat kerajinan monel hasilnya itu itu saja. Namun setelah ia berjualan mainan anak-anak tradisional hasilnya cukup lumayan. Selain modal tidak begitu besar keuntungannyapun bisa separohnya.

[caption caption="Mainan alat dapur dari tanah masih digemari anak-anak"]

[/caption]

“ Untuk berjualan seperti saya ini modal tidak begitu besar. Jika berjualannya dekat dengan rumah  modal yang dibutuhkan paling banyak 5 jutaan. Namun jika jauh seperti luar kota biasanya saya bawa dagangan satu truk penuh sekitar 15 jutaan modalnya “, tambahnya.

Erik mengaku berjualan mainan tradisional anak-anak dari tanah liat tidak ada ruginya. Setiap even tahunan seperti dhandhangan Kudus, Dhugdheran Semarang sampai dengan Suronan di Kajen dagangannya selalu laris manis. Bahkan di beberapa tempat banyak pula pedagang yang kulakan dengannya untuk dijual lagi.

Meski harus berkeliling kota mendatangi setiap even tahunan atau perayaan hal itu bukan suatu halangan. Selain bekerja mencari nafkah untuk keluarganya ia juga mempunyai tujuan untuk melestarikan mainan alat dapur dari tanah liat dari desa Mayong Lor Jepara. Ia ingin kerajinan dari tanah liat makin dikenal oleh anak-anak dimanapun berada,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun