Demak – Menginjak bulan Agustus ini pegaram di Demak mulai panen raya . Sebatas mata memandang lahan garam akan terlihat kristal putih . Itulah kristal garam yang diolah oleh pegaram dari air laut melalui berbagai tahap. Dari kristal putih itulah pegaram bertahan hidup untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Meski mulai panen raya namun tidak ada rasa kegembiraan yang meluap-luap karena harga garam yang di harapkan tak kunjung naik malah terus terjun bebas. Hal itu dikatakan oleh Asrofi pegaram asal desa kedungmutih .
Awal panen harga garam pertombong (keranjang) berkisar Rp 15 ribu , namun setelah berselang lebih satu bulan harga terus turun. Saat ini harga garam di lahannya yang dekat dengan jalan raya pertombong dihargai Rp 10 ribu . Sehingga harga garam dilahannya perkwintal hanya Rp 30 ribu padahal tahun yang lalu paling murah harganya mencapai Rp 45 ribu. 3 tombong garam beratnya kurang lebih 1 kwintal.
“ Itu yang dekat jalan raya Mas , kalau lahan garamnya jauh dari jalan raya saat ini pertombongnya paling Rp 7 ribu atau malah kurang. Sehingga perkwintalnya harga garam dilahan hanya Rp 20 ribu “, kata Asrofi .
Asrofi mengatakan , garam yang dihasilkan dilahannya termasuk kualitas umum karena tidak menggunakan terpal. Untuk membeli terpal ia tidak mempunyai uang semua uangnya habis untuk sewa lahan. Sedangkan bantuan terpal yang dibutuhkan belum turun.
“ Ya bagi yang mempunyai uang untuk belanja sehari-hari biasanya garam dimasukkan dalam gudang . Sedangkan yang tidak kuat meski harga garam murah tetap dijual pada pengepul karena setiap hari dikejar oleh kebutuhan pokok”, papar Asrofi .
Salah satu solusi untuk mengatasi turunnya harga garam pegaram banyak yang mengajukan pinjaman ke koperasi atau lembaga keuangan. Mereka menjaminkan barang berharga berupa BPKB,Sertifikat dan emas . Uang dari pinjaman itu digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga sambil menunggu naiknya harga garam.
Ahmad Munif bagian kredit KSP “Margi Rahayu” yang berkantor di pasar baru desa kedungmutih mengatakan ,awal bulan Juli sampai awal bulan Agustus ini fihaknya menerima banyak pengajuan dari pegaram. Uang tersebut digunakan untuk menimbun garamnya di dalam gudang. Jika garam terpaksa dijual tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan karena harganya cukup rendah.