[caption id="attachment_345169" align="aligncenter" width="400" caption="Pak Sutiyo"][/caption]
Jepara- Bertani menanam padi dan beternak memelihara sapi bagi Pak Sutiyo warga desa Bugel kecamatan Kedung merupakan satu kesatuan. Agar ekonomi keluarga berjalan lancar maka kedua profesi itu dijalankan secara bersama-sama. Jika musim tanam padi tiba iapun menggarap sawahnya sampai panen. Disela-sela menggarap sawah iapun memelihara sapi dibelakang rumahnya. Dari hasil tanam padi dan memelihara sapi itulah kehidupan keluarganya berjalan lancar.
“ Kalau dihitung secara kasar hidup dari beternak saja tidak mungkin cukup. Hasil dari beternak biasanya di waktu tertentu saja . Oleh karena itu agar kebutuhan keluarga terpenuhi harus mempunyai pekerjaan sambilan lain “, ujar Pak Sutiyo anggota Kelompok Tani Mangun Sejati desa Bugel pada kabarseputarmuria.com
Dirumahnya saat ini pak Sutiyo mengaku ada 9 ekor sapi . Sapi-sapi itu awalnya ia beli seharga 8-9 jutaan. Sapi itu digemukkan dengan pemberian pakan secara berimbang. Salah satu pakan yang setiap hari harus dipersiapkan adalah rumput. Agar ketersediaan pakan selalu ada dikandang maka ia rela ngarit rumput setiap harinya.
“ Ya gimana lagi punya tanggungan ternak sapi yang butuh makan setiap hari , mau tidak mau setiap hari saya keluar rumah untuk ngarit rumput. Kalau musim penghujan seperti ini sih jaraknya paling 4-5 kilometer . Tetapi jika musim kemrau panjang saya pernah cari rumput sampai daerah Wedung Demak sana kurang lebih 20 km dari rumah saya “, kata pak Sutiyo.
Pak Sutiyo mengemukakan , meskipun dia tercatat sebagai anggota kelompok tani ia belum pernah mendapatkan penyuluhan atau bantuan dari dinas terkait. Utamanya ternak dia berharap kepada pemerintah adanya kemitraan ataupun bantuan untuk peternak seperti dirinya. Misalnya penambahan modal lewat ternak dengan system gaduhan. Selain itu juga penyuluhan tentang usaha ternak yang baik.
Jika dikembangkan dengan baik usaha ternak sapi ini bisa mendatangkan penghasilan tambahan yang lumayan. Setidaknya ia setiap tahun minimal dua kali ia menangguk hasil dari usaha ternak sapi. Bila hari raya qurban atau hari raya iedul fitri ia melepas sapi peliharaannya untuk digantikan yang baru. Selama 1-2 tahun ia pelihara satu ekor sapi keuntungannya bisa mencapai separuh atau kurang sedikit.
Sebagai contoh ia beli bakalan sapi seharga 8 juta misalnya , maka setelah dipelihara 1 tahun lebih sedikit jika dijual laku 12 juta -14 juta. Jika peternak mempunyai peliharaan sapi 10 ekor misalnya maka setiap tahun ia bisa mendaparkan keuntungan kotor Rp 30 – 40 juta kotor . Jika biaya operasional pemeliharaan 40 persen maka keuntungan bersih setiap tahunnya bisa mencapai Rp 18 – 24 juta.
“ Oleh karena keuntungan yang masih lumayan itulah maka saya selain petani juga samben memelihara sapi. Uang keuntungan dari penjualan sapi ini biasanya untuk kebutuhan besar misalnya beli sepeda motor , memperbaiki rumah atau untuk punya gawe “, aku pak Sutiyo.(Muin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H