Demak --Â Salah satu desa sentra produksi garam di kabupaten Demak adalah desa Kedungmutih kecamatan Wedung . Tahun 2018 ini di desa penghasil garam ini berkumpul 50 orang dan membentuk komunitas produsen garam industry. Komunitas di bawah bimbingan Dr. Ir. Sudharto.MM Â pakar penelitian garam . Dia mengajak petambak garam untuk membuat garam indystri agar mempunyai nilai tambah .
" Kita ini mengajak petambak garam selangkah lebih maju untuk membuat garam industry. Saat ini petambak sudah bisa membuat garam yang layak konsumsi dan juga kualitas bagus. Dengan teknologi yang saya temukan ini nantinya mereka akan bisa membuat garam industry untuk kebutuhan nasional yang masih kurang ", kata Sudharto pada kabaredemak.com
Dikatakan , teknologi yang ditransfer ke para petambak garam di Demak ini adalah proses pembuatan garam industry dengan teknologi dan managemen lahan dengan media isolator. Dengan teknologi ini petambak garam diajak untuk merubah atau menyempurnakan proses pembuatan garam. Yang sebelumnya ketika panen hasilnya tidak homogeny dan tidak standar garam industry disempurnakan dengan teknologi agar menjadi standar garam industry.
" Sehingga tahun kemarin petambak garam dalam satu siklus pembuatan garam ada 3 Â mutu dengan harga berbeda . Namun dengan penggunaan teknologi pengelolaan managemen lahan ini nantinya bisa menghasilkan garam dengan mutu yang sama kulalitas industry untuk menggantikan garam impor ", tambah Sudarto
Penerapan teknologi managemen lahan yang di transfer ke petambak di Demak ini menurut Sudharto tidaklah sulit untuk diterapkan . Dengan lahan yang kurang dari 1 hakter ini teknologi ini bisa dijalankan. Air baku garam sebelum masuk ke meja kristalisasi melalui tahap pengendapan dan penguapan beberapa kali.
Dengan pengendapan dan penguapan ini kualitas air tua di tendon penyimpanan air tua akan bagus. Sehingga ketika dimasukkan di meja kristalisasi akan menghasilkan garam yang putih bersih dan juga bening seperti kaca. Garam yang kristlnya persegi bening dank eras inilah yang disebut kulitas garam industry menski untuk menentukan harus dengan uji laboratorium.
" Nah inilah yang saya katakan garam industry ya seperti ini , hari ini menunjukkan petambak di sini sudah bisa membuat garam industry dengan teknologi managemen lahan. Jika sudah seperti ini harga garampun akan naik dengan sendirinya jika dibandingkan teknologi media isolator konvensional ", kata Sudartho menunjukkan garam yang diambil di tendon air tua.
Di tambahkan Sudarto , dengan adanya pemyimpanan air tua ini  petambak garam ketika musim hujanpun masih bisa menghasilkan garam atau memanen garamnya. Sehingga teknologi ini nantinya bisa dijadikan sebagai media pembelajaran bagi siapa saja yang ingin mengetahui proses pembuatan garam . Yang dulu hanya panen garam hanya di musim kemarau saja , namun sekarang musim hujanpun petambak garam bisa memanen garam.
Selain itu teknologi yang di terapkan kepada petambak garam di Demak ini , selain mudah penerapannya , murah biaya operasional atau pengerjaannya hasilnya pun menguntungkan. Ini ia buktikan sendiri ketika awal ia mengenalkan teknologi media isolator beberapa tahun yang lalu. Ketika ada bantuan datang banyak petambak yang menjual karena belum pernah mempraktekkannya . Namun  setelah tahu hasil penggunaan media isolator ini merekapun beramai ramai meski mahal harganya.
" Nah kita berharap teknologi pembuatan garam industry dengan managemen lahan dengan penggunan media isolator ini bisa diterapkan di tambak tambak garam Kedungmutih .Minimal 50 orang yang ikut dalam komunitas ini akan mempraktekkan di lahan garam masing masing tahun depan " harap Sudharto. (Muin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H