[caption id="attachment_107862" align="aligncenter" width="300" caption="Obor di tangan siap berperang"][/caption] Jepara – Bagi Dimyati (35) warga desa Tegalsambi kecamatan Tahunan kabupaten Jepara Tradisi perang Obor sangatditunggu-tunggu. Selain sebagai perwujudan melestarikan kebudayaan para leluhur , juga merupakan ajang wisata daerah yang mampu mendatangkan pengunjung ribuan orang. Oleh karena itu dia dan teman-temannya menyambut dengan sukacita diadakannya perang obor yang dibiayai oleh swadaya masyarakat lebih dari 40 juta rupiah. Meskipun harus bermain api , namun dia tidak merasa takut bahkan dengan mengikuti perang obor ini ada kebanggan tersendiri dalam hatinya. Jika melihat obor disulut kakinya berasa jalan sendiri dan ikut mengejar teman-temannya untuk dihantam dengan obor yang merah menyala.
“ Wah gimana ya kalau udah main dalam perang obor ini tidak ada rasa takut di dalam hati , sehingga jika obor sudah disulut sepertinya kita tidak sadar berjalan kesana kemari untuk mencari lawan meski lawan itu teman kita sendiri. Saya ikut bermain perang obor ini sudah puluhan kali , dan rasanya ada rasa bangga dalam hati jika sudah bermain dengan api“, tutur Dimyatie sebelum ajang perang obor digelar.
Menurut Dimyatie, pemain perang obor di desa Tegalsambi ini sekitar 30 orang yang diambilkan warga asli dengan berbagai umur ada yang muda sampai dengan yang tua. Mereka yang berperang obor dibedakan dengan pakaian khusus sehingga dalam bermain mereka bisa melihat lawan mereka dan tidak akan salah sasaran. Meski harus bermain api yang kadang membakar pakaian dan tubuh mereka , mereka kelihatan bersemangat apalagi jika masih ada obor yang belum terbakar . Dengan secepat kilat obor itupun dibakar kembali untuk dihantamkan ke tubuh lawan.
“ Dalam permainan ini tidak ada kawan atau lawan sehingga siapapun yang membawa obor pasti akan dihantam orang lain yang membawa obor begitu seterusnya sampai obor yang disediakan panitia habis “, tambahnya.
Sementara itu Pak Sukaren (56) pemain perang obor tertua mengatakan , selama hidupnya ia bermain obor sudah lebih 25 kali karena ketika masih muda iapun sudah berani berperang obor bermodalkan keberanian. Pertama ikut sampai sekarang iapun terus ikut , meski saat ini ia kerja di Kota Salatiga yang hanya 1-2 kali sebulan pulang ,namun ketika ada kabar ada perang obor iapun pulang untuk ikut. Dalam berperang ini tidak ada persiapan khusus , namun hanya do’a kepada yang maha kuasa agar diberi keselamatan dalam mengikuti acara ritual “Perang Obor “ ini. Meski usianya sudah uzur namun ia tetap bersemangat dalam mengikuti perang obor ini , ini semua ia lakukan demi menjaga tradisi dan juga sebagai perwujudan kerukunan antar warga desa.
“ Rasanya kurang klop jika tidak mengikuti perang obor malam ini , meski umur saya sudah tua namun semangat tidak kalah dengan yang muda “, ujar pak Sukaren yang malam itu dibarisan paling depan saat Bupati Jepara Hendro Martojo,MM menyulut obor pertama saat dimulainya perang obor 2011. (FM)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H