Ibu Nursekhah Perajin Bordir dari desa Jungsemi Berakit-rakit ke hulu berenang renang ke tepian , bersakit sakit dahulu bersenang-senang kemudian itulah pepatah lama yang menjadi pedoman hidup Nursekhah (43) pengusaha kerajinan Bordir dari desa Jungsemi kecamatan Wedung Kabupaten Demak. Sebelum usahanya cukup maju seperti sekarang ini , dulu ia hanyalah pedagang kecil yang mengambil barang dari pengusaha lain untuk dipasarkan ke tempat lain agar ia mendapatkan keuntungan. Modal dari menjual kios beras dan sepdea motor itulah ia mulai menapaki usaha konfeki seperti pembuatan busana muslim , baju kemeja, kerudung dan jilbab. Dengan merekrut tetangga kanan kirinya iapun memulai usaha pembuatan baju dan juga kerajinan border yang selanjutnya hasil produksinya ia pasarkan sendiri ke pasar-pasar seputar Demak, Jepara dan Kudus. “ Usaha ini kami bangun lebih dari sepuluh tahun yang lalu , dengan tekad yang bulat dari pedagang pasar kami mencoba untuk membuka usaha konfeksi . Dengan di bantu suami dan merekrut beberapa tetangga usaha kamipun lambat laun menjadi besar. Usaha kami lebih maju dan bertambah besar setelah kami mengoperasikan mesin bordir bantuan dari Pemerintah Kabupaten Demak “, ujar Nursekhah Ketua Kelompok Usaha Bersama “Noer Jaya Sakti “ yang ditemui FATKHUL MUIN di rumahnya belum lama ini. Menambah Mesin Bordir Nursekhah menjelaskan, penerapan teknologi mesin berkomputer dimulai sekitar setahun lalu. Kala itu ia memperoleh bantuan dari Pemkab Demak berupa 1 unit mesin bordir komplit dengan perangkat komputer yang memiliki enam kepala. Dengan alat itu, sekali tekan tombol, kita bisa membuat enam kerudung bordir full colour. Bantuan itu benar-benar melonjakkan usahanya, sehingga iapun mampu membeli alat yang lebih canggih yaitu mesin berkepala dua belas sekali tekan tombol 12 kerudung langsung jadi. Dengan dua mesin bordir itu usahanyapun bertambah maju , karena selain dia membuat sendiri berbagai jenis konveksi untuk dipasarkan diapun menerima jasa bordir untuk berbagai motif bagi pengusaha konveksi di sekitar desa Jungsemi , bahkan ada juga yang datang dari Jepara dan Kudus Sehingga tidak mengherankan jika kita menyambangi rumahnya , di ruangan khusus tempat usahanya banyak berserakan kain bakal baju dan kerudung yang telah di beri motif bordir dengan berbagai ragam motif dan gambar. Selain itu banyak pula karyawannya yang mayoritas perempuan mengerjakan tugasnya masing-masing , ada yang menjahit , menyetrika dan juga mengepak barang yang siap dikirim. Dulu sebelum usahanya besar seperti sekarang karyawannya hanya beberapa orang saja yang diambil hanya tetangga kiri kanan saja , namun dengan semakin besar usahanya karyawannya berkembang menjadi 50 orang. Selain bekerja di rumahnya , mereka banyak pula yang mengerjakan pekerjaan konveksi ini di rumah masing-masing dengan cara mengambil bahan dan dikerjakan di rumah setelah jadi antarkan dan mengambil bahan lagi.
Beberapa karyawan mengerjakan tugansnya masing-masing “ Alhamdulillah meski kami sudah menggunakan mesin modern , namun kami masih membutuhkan karyawan hanya saja tugas mereka kini lebih ringan. Mereka kini hanya bertugas membersihkan benang-benang yang menempel di kerudung, yang tak bisa terapihkan oleh mesin . Selain itu juga kamim juga membutuhkan tenaga untuk finishing produk konveksi seperti setrika , pasang kancing juga bagian pengepakan barang ” tambah Nahrowi suami ibu Nursekhah yang juga ikut mengelola usaha kerajinan bordir ini. Tambah Modal Sebenarnya Ibu Nursekhah maupun Bapak Nahrowi ingin mengembangkan usaha kerajinan bordir ini lebih luas lagi , sehingga ia mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak lagi , Namun karena terkendala modal niat inipun belum terlaksana , modal yang ia punyai sudah ia wujudkan dalam bentuk mesin bordir berkepala dua belas . Oleh karena itu jika bahan baku seperti kain dan benang habis dia harus memutar otak agar usaha tetap jalan dengan cara mengefektifkan bagian pemasaran. Selama ini untuk pemasarannyapun tidak ada kendala justru permintaan selalu bertambah . Selain dipasarkan di pasar Kliwon Kudus hasil produksinya juga dipasarkan ke Pasar Klewer Solo , namun banyak pula pedagang yang merupakan tangan kedua yang mengambil barang hasil produksinya untuk dipasarkan di luar pulau Jawa khususnya daerah Indonesia bagian timur seperti Bali, Nusa Tenggara, Timor , Maluku dan Papua. Hasil produksi “Noer Jaya Sakti “ saat ini adalah berbagai jenis kemeja , baju koko, busana muslim , kerudung dan jilbab paris , selain memproduksi sendiri untuk dipasarkan “ Noer Jaya Sakti “ ini juga menerima pesanan atau order dari para mitra baik jasa bordir juga pembuatan barang seperti kemeja kerudung. Oleh karena itu bisa terjadi barang hasil produksinya , namun pelabelannya bukan dari dirinya , namun hal itu hal yang biasa dalam usaha konveksi dimanapun . Meskipun demikian dalam pembuatannya ia menerapkan sikap professional pada seluruh karyawannya agar hasil produksinya tidak mengecewakan pelanggannya. “ Selain kendala modal juga masalah tranportasi utamya jalan juga perlu dibenahi agar IKM ( Indistri kecil menengah ) ini bisa berjalan lancar . Dengan transportasi yang lancar mereka tidak akan kesulitan sampai di tempat ini selain itu juga memaangkas biaya operasional sehingga harga produksi sedikit lebih murah. Mudah-mudahan dengan terpilihnya pak Zani jalan di sekitar desa kami bisa diselesaikan sehingga memperlancar usaha IKM disini “, harap Nahrowi yang mendampingi istrinya ketika di wawancarai “FATKHUL MUIN ”Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H