Dalam dunia yang serba mahal ini masih ada saja orang yang berhati baik dan mencurahkan segenap tenaganya demi syiar Agama Islam di bumi Indonesia ,apalagi beliau ini setiap hari waktunya dihabiskan untuk mengasuh para santri , jamaah majlis ta’lim dan juga pengajian thoriqoh. Untuk para santri baik putra maupun putri uang khos setiap bulan tidak lebih dari 100 ribu rupiah , dengan uang sebesar itu para santri dapat makan secukupnya . Hanya uang tidak lebih dari 100 ribu itulah yang harus dikeluarkan oleh wali santri yang menitipkan anaknya di pondok pesantren ini , tidak ada uang bangku, uang gedung dan pungutan lainnya . Bahkan untuk yang kurang mampu pengurus akan mencarikan jalan keluar agar santri bisa terus ngaji di pondok pesantren ini , jangan hanya karena tidak mempunyai biaya harus keluar dari pondok.
“ Ya di bilang murah ya murah dibilang mahal ya mahal, yang pasti para santri baik putra dan putri yang nyantri disini hanya dibebani uang khos kurang dari 100 ribu rupiah oleh pengurus , karena setiap bulannya para santri kami beri beras 6 sak dan kayu bakar secukupnya , sehingga uang mereka itu untuk beli lauk-pauk sehari-harinya”, ujar KH. Abdul hadi Thosin pengasuh Pondok Pesantren “Thoriqul Huda” desa Kedungkarang kecamatan Wedung kabupaten Demak.
[caption id="attachment_75577" align="aligncenter" width="500" caption="Ponpes "][/caption] KH. Abdul Hadi mengemukakan , Pondok Pesantren yang dirintisnya semenjak tahun 1990 yang lalu awalnya hanyalah rumah kecil peninggalan orang tuanya dengan niat yang kuat untuk tetap mensyiarkan agama Islam maka dia bersama istrinya menggalang donatur dari berbagai penjuru sehingga setiap waktu pondok pesantren mengalami perkembangan yang cukup baik. Awalnya dia membangun pondok putri dengan ukuran 29 X 8 meter yang menghabiskan biaya sekitar 200 juta rupiah dalam jangka waktu delapan tahun . Dana sebesar itu ia dapatkan dari infaq dan jariyah para donatur yang merupakan teman, kenalan dan juga siapapun yang senang akan pembangunan pondok pesantren. Setelah pondok pesantren untuk santri putri jadi maka pada tahun 1998 pembangunan pondok pesantren tahap kedua dilanjutkan yaitu membangun kamar-kamar untuk santri putra dengan ukuran 6 X 23 meter lantai dua . Lantai bawah dibuat aula yang digunakan untuk kegiatan santri mengaji rutin dan juga kegiatan santri lainnya seperti rebana, pidato dan lainnya. Sampai selesai pondok pesantren putra menghabiskan biaya sekitar 200 juta rupiah , dana sebesar itupun di dapat dari amal jariyah dari para donatur yang dikoordinir para santri juga alumni.
“ Nah pada tahun 2010 ini kami akan meneruskan tahapan pembangunan pondok pesantren yang ke tiga yaitu membangun musholla dan majlis Ta’lim dengan ukuran 7 meter X 21 meter berlantai dua yang kami rencanakan menghabiskan biaya sekitar 300 Juta rupiah , yang difungsikan sebagai tempat sholat para santri dan juga tempat untuk mengaji ibu-ibu dan bapak-bapak dari luar . Modal kami baru terkumpul sekitar 25 juta rupiah adapun kekurangannya kami kembali mengetuk hati para dermawan dimana saja berada untuk meyumbangkan sebagian hartanya pada pondok pesantren kami ini , mudah-mudahan di berkahi Allah SWT”, ujar KH. Abdul Hadi Thosin yang didampingi istrinya Ny. H. Ahsanah yang hampir 20 tahun mengabdikan dirinya mendidik para santri
Dalam kondisi situasi yang serba berat ini KH. Abdul Hadi Thosin mengaku tidak akan patah semangat dalam mendidik para santri yang saat ini ada 100 orang yang datang dari berbagai penjuru kota sekitar Demak dan Jepara bahkan ada santrinya yang datang dari luar jawa . Adapun metode pengajarannya masih menggunakan system lama sorogan, yaitu guru mengajar di aula yang cukup lebar sedangkan santri menyimak dengan member arti atau makno pada kitab masing-masing. Tidak ada perbedaan santri kecil atau besar semua kitab yang diajarkan adalah sama , yaitu kitab kuning lazim orang menyebutnya. Diantaranya kitab yang diajarkan adalah Durrotun Nasikhin,Tafsir jalalain,Nurul Dholam, Tailim Mutaalim , Taqrib dan masih banyak lainnya. Sementara itu untuk pengajian Alqur’annya ada dua metode yaitu binnadzor dan Bil Ghoib, dari pengajian Alqur’an ini santri yang telah lulus bil ghoib jumlahnya hampir ratusan orang yang selanjutnya mereka itu kembali mengamalkan ilmunya di daerah asalnya.
Namun melihat kondisi dunia yang semakin global ini Pengasuh Pondok Pesantren “ Thoriqul Huda “ mengharapkan adanya bantuan dari pemerintah pusat utamanya Departemen Agama agar memikirkan keberlangsungan pondok pesantren yang telah dia rintis 20 tahun. Misalnya dengan memberikan dana untuk perbaikan dan perawatan pondok pesantren , selain itu pula memberikan bantuan beasiswa pada santri yang tidak mampu. Selain itu pula adanya dana stimulant untuk pondok pesantren yang ditujukan pada pemberian ketrampilan pada para santri , karena pengajaran yang ia terapkan pada saat ini hanyalah mengaji Al Qur’an dan kitab-kitab salah. Oleh karena itu jika ada dana khusus tersebut maka santri pondok akan mendapatkan pelajaran ketrampilan , yang nantinya akan membantu mereka jika terjun ke masyarakat. Misalnya ketrampilan, menjahit, konfeksi , tata boga, tata busana untuk santri putri dan untuk santri misalnya perbengkelan, computer , pertanian dan elekronika.
“ Mudah-mudahan Pondok pesantren kami ini mendapat perhatian dari pemerintah pusat , karena sampai saat ini belum ada bantuan dari pemerintah yang kami dapatkan . Kami berharap mendapatkan bantuan itu agar kami lebih focus dalam mengajarkan para santri baik metode pengajarannya maupun sarana prasarananya”, harap KH. Abdul Hadi Thosin menutup perbincangan . ( Fatk.M)
Fatkhul Muin
Pengelola Blog : Pusat Informasi Masyarakat Pesisir (http: www.For-Mass.Blogspot.com )
[caption id="attachment_75580" align="alignnone" width="300" caption="KH. Abdul Hadi Thosin ditengah para santrinya"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H