Mohon tunggu...
Fatkhul Muin kabarseputarmuria
Fatkhul Muin kabarseputarmuria Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Warga,Wiraswasta,YouTuber

Sepuluh tahun lalu berkecimpung memburu dan menulis berita namun saat ini berwiraswasta dan mengembangkan ekonomi kerakyatan di pedesaan. Tetapi hasrat untuk menulis masih menggebu-ngebu kanal kompasiana inilah sebagai ajang pelampiasaan untuk menulis. " Menulis tidak bisa mati " aku tuangkan kreasiku juga di blog pribadiku www.kabarseputarmuria.com selamat membaca dan berbagi informasi No HP : 085290238476 semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Money

Abrasi Ancam Pantai Jepara dan Demak Puluhan Hektar Tambak Amblas

1 November 2009   07:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:28 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_20686" align="alignnone" width="500" caption="Batu batu belah untuk pemecah ombak, namun abrasi terus menggerus ( Foto:Fatkh.M)"][/caption]

Sudah puluhan tahun abrasi mengancam pantai-pantai di kabupaten Jepara maupun Demak. Untuk kabupaten Demak kerusakan yang cukup parah adalah di kecamatan Sayung, selain menghancurkan puluhan hektar tambak juga ada pemukiman yang telah direlokasi karena gerusan ombak laut Jawa. Sementara itu kerusakan yang diakibatkan oleh abrasi di kabupaten Jepara juga sama hampir dua puluh  tahun yang lalu dua desa yaitu Bulak  dan sebagian Tanggul Tlare juga luluh lantak dimakan ombak. Oleh karena itu Pemerintah Propinsi jawa Tengah kala itu di gubernuri oleh Bapak Suparjo Rustam memindahkan desa yang hancur itu itu 1  kilo meter dari asalnya, Karena tempatnya baru desa itupun diberi nama Bulak Baru. Selain desa diatas abrasi juga mangancam pantai di desa Kedungmalang, Panggung dan Surodadi . Hal ini bisa dilihat dari garis pantai yang dahulunya jauh dari tempat pemukiman makin lama makin mendekat. Selain itu sudah puluhan warga desa yang kehilangan mata pencahariannya karena tambak yang terletak dipinggir pantai itu hilang dimakan ombak setiap tahunnya. Gerusan ombak atau abrasi ini sangat kelihatan jika musim penghujan tiba , dalam kondisi ombaknya yang cukup besar itu menghantam tambak-tambak yang tak berpenghijauan sama sekali. Satu musim penghujan saja garis pantai dan tambak yang amblas  tidak kurang dari seratus meter, sehingga dalam kurun waktu hampir dua puluh tahun ini tambak yang hilang sudah mencapai puluhan kapling. " Tambak saya ini dahulunya ada ditengah-tengah , namun saat ini sudah mendekati garis pantai, kalau dihitung petani tambak yang kehilangan tambak sudah puluhan orang. Kalu dipikir ya rugi minta ganti rugi sama siapa lha wong ini musibah . kalau tambak kena proyek ya dapat ganti rugi , kalau seperti ini minta ganti rugi sama siapa ? " ujar Muhibbin (45) Petani tambak dari desa Kedungmalang  yang saat ini tambaknya juga bersiap-siap kena abrasi.

Harga sewa berkurang harga jual turun

Abrasi yang mengancam kelestarian pantai di Jepara dan Demak inipun membuat permasalahan tersendiri bagi pemilik tambak yang terletak di pantai. Dengan gerusan ombak yang setiap tahun memakan lahan tambak itu menjadikan penghasilan petani tambak berkurang. Selain itu nilai sewa atau jual tambak makin lama makin turun , sebagi contoh sebelum ada abrasi setiap tahunnya sewa tambak berkisar 10 Juta rupiah , namun karena sebagian ada yang tergerus ombak harganyapun anjlok menjadi separohnya atau bahkan kurang. Begitu pula nilai jual nya dahulu jika dijual tambak tersebut laku 100 juta lebih , namun akibat abrasi harganya pun menjadi kurang dari separohnya. "Mereka takut membeli tambak yang dekat pantai , karena ada pengalaman baru satu dua tahun menggarap dan modal belum kembali , tiba tiba tambak di hantam ombak ya akhirnya hilanglah penghasilan mereka , padahal tambak tersebut ada sertifikatnya , tapi fifiknya sudah hilang ", ujar Sahid (47) petani tambak dari desa Kedungmutih yang tambaknya juga sebagian tergerus ombak. Hamdan kepala desa Kedugmutih ketika dikonfirmasi hal ini membenarkan , bahwa sebagian tambak warganya telah kena abrasi , bahkan ada yang hilang tanpa bekas. Untuk mengatasinya dia mengharapkan bantuan dari pemerintah , karena mengandalkan dana dari desa jelas tidak cukup . Untuk kegiatan operasioanal saja sudah pas-pasan , padahal untuk mengatasi abrasi ini membutuhkan biaya yang cukup besar. Hanya dia meminta pada pemerintah para pemilik tambak yang fisiknya sudah hilang , PBBnya harus dihapus karena tidak ada penghasilan sama sekali.

Tanam tanaman bakau dan Pemecah gelombang

Untuk  mengatasi hantaman ombak yang begitu besar , pecinta alam dan pantai Jepara menanam pohon bakau disepanjang pantai Semat , Bulak baru , Teluk Awur dan sebagian Kedung malang. Hasilnya meskipun tidak dapat menghilangkan abrasi namun tanaman yang di tanam dan tumbuh disepanjang pantai itu dapat menghambat lajunya abrasi, Namun sayang karena kekurangan biaya atau karena  apa program penanaman bakau ini tidak dapat menjangkau seluruh pantai . Oleh karena itu untuk lebih menghambat geraknya ombak dan hilangnya pantai perlu penanaman lagi pohon bakau yang lebih banyak . Selain itu factor perusak alam seperti pengambilan pasir dipantai , pembabatan hutan mangrove dan juga pengambilan batu karang dilaut juga harus dilarang. Salah satu lagi cara untuk menghambat abrasi pantai ini adalah dengan cara membuat pemecah gelombang di bibir pantai, pemecah gelombang itu terbuat dari batu belah, bis beton dan juga material yang lain. Namun untuk membuat pemecah gelombang ini membutuhkan biaya yang cukup besar . Oleh karenanya peran pemerintah sangat besar terhadap penghentian abarasi pantai ini. (Fatkh.M)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun