Mohon tunggu...
Fatkhul Muin kabarseputarmuria
Fatkhul Muin kabarseputarmuria Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Warga,Wiraswasta,YouTuber

Sepuluh tahun lalu berkecimpung memburu dan menulis berita namun saat ini berwiraswasta dan mengembangkan ekonomi kerakyatan di pedesaan. Tetapi hasrat untuk menulis masih menggebu-ngebu kanal kompasiana inilah sebagai ajang pelampiasaan untuk menulis. " Menulis tidak bisa mati " aku tuangkan kreasiku juga di blog pribadiku www.kabarseputarmuria.com selamat membaca dan berbagi informasi No HP : 085290238476 semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jepara Datangkan Tenaga Tanam Padi Dari Demak

7 Januari 2015   13:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:39 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_345218" align="aligncenter" width="400" caption="Tenaga Tanam Sedang Bekerja"][/caption]

Jepara - Dulu petani Jepara mencari tenaga tanam padi (tandur:jawa) masih mudah . Ibu-ibu atau remaja putri jika musim tanam padi bersedia gugur gunung terjun ke sawah. Namun beberapa tahun belakangan ini petani kesulitan mencari tenaga tanam dengan cara mundur itu.Akhirnya para petani mengimpor tenaga tanam padi ini dari daerah Demak bagian Selatan.

“ Ya kalau tidak ada tenaga tanam padi dari Demak petani disini kececeran dalam menggarap sawahnya. Untungnya  kini sudah ada tenaga tanam padi dan cabut benih (ndaud:bhs Jawa) sehari semuanya selesai “, ujar Mashadi petani asal desa Kaliombo kecamatan Pecangaan pada kabarseputarmuria.com

Mashadi mengatakan , dulu petani cukup sulit mencari tenaga tanam padi local. Jika ada yang bersedia upah atau ongkosnya cukup mahal. Selain itu masih menyediakan sarapan dan makan siang . Jika dihitung pengeluaran cukup besar tak sebanding dengan pekerjaan yang dihasilkan. Jika dipaksakan memakai tenaga tanam local , keuntungan tanam padi padi minim.

“ Nah dengan adanya tenaga tanam padi secara berombongan dari daerah Demak ini petani cukup terbantu. Kita hanya mengawasi pekerjaan mereka jika ada salah kita betulkan. Untuk konsumsi paling kita menyediakan minum dan makanan kecil”, tambah Mashadi.

[caption id="attachment_345219" align="aligncenter" width="400" caption="Ibu Atun salah satunya"]

14205867041075966056
14205867041075966056
[/caption]

Untuk ongkos atau upahnya perhitungannya secara borongan. Perbau berkisar Rp 1 juta – 1,5 juta tergantung dari jauh dekatnya lahan. Pembayaran dilakukan setelah pekerjaan selesai yang dikoordinir dengan ketua rombongan . Para ketua rombongan biasanya sekaligus sebagai pencari order yang mengatur jadwal para pekerja tanam padi ini.

Salah satunya adalah pak Badi asal desa Kramat kecamatan Dempet kabupaten Demak. Pak Badi ini setiap  hari membawa rombongannya yang berjumlah 35-40 orang. Satu rombongan biasanya ada tenaga pria 3-4 orang sebagai tenaga ndaud (cabut benih padi). Lainnya para ibu-ibu bagian tanam padi. Dari rumah mereka berangkat habis subuh dan pulangnya sampai rumah habis maghrib atau usai shalat isyak.

“ Nomor telpon saya sudah disimpan para petani disini ,  jika membutuhkan tenaga tanam padi biasanya mereka tinggal ngebel saya hari apa dibutuhkan dan berapa luas lahan yang akan ditanami padi . Nanti saya kalkulasi berapa orang yang saya bawa “, tutur pak Badi

Mbah Atun (55) salah satu tenaga tanam padi dari desa Kramat mengatakan jika musim tanam padi ia bersama tetangganya migrasi ke daerah Jepara untuk mburuh tandur. Biasanya sawah didaerahnya sudah lebih dulu selesai ditanami padi. Mereka berangkat berombongan dengan mencarter kendaraan truk atau angkutan umum. Untuk sarapan dan makannya biasanya mereka membawa dari rumah.

“ Hasilnya tergantung dari borongan tanam padi dalam sehari itu kadang bisa bawa pulang Rp 35 ribu kadang juga nyampai Rp 50 ribu . Itu hasil bersih setelah dikurangi transport dari rumah masing-masing “, aku mbah Atun (Muin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun