Budaya pop atau budaya populer ialah budaya yang telah kita jalani sehari-hari dan mungkin menjadi kebiasaan. Dari musik yang kita dengarkan, acara tv, makanan dan minuman yang kita konsumsi, pakaian yang kita pakai, hingga cara berbicara kita, yang merupakan suatu kebutuhan. Semua hal tersebut merupakan bagian dari apa yang disebut dengan budaya pop.Kantor yang berpusat di San Jose, California merupakan kantor milik perusahaan teknologi komunikasi Amerika Serikat yaitu Zoom Video.Perusahaan ini fokus menyediakan layanan perangkat videotelefoni serta obrolan daring berbasis P2P komputasi awan atau tren teknologi internet sebagai kebutuhan komputasi pengguna, yang digunakan untuk telekonferensi, bekerja jarak jauh, belajar jarak jauh, juga berhubungan sosial. Kebijakan bekerja dari rumah (WFH) yang ramai digaungkan yang ditujukan untuk mencegah penyebaran virus corona membuat popularitas Zoom semakin meroket. Sekarang Zoom banyak digunakan sebagai sebuah media komunikasi untuk mencegah penyebaran Covid-19 apalagi di tengah Meluasnya penyebaran virus corona di dunia, termasuk Indonesia.
Sebenarnya ada banyak aplikasi serupa, seperti gmeet, skype, discord, dan masih banyak lagi, namun zoom sangatlah popular hingga saat ini. Menurut keterangan yang dihimpun dari KompasTekno dari CNBC, Selasa (24/3/2020), Zoom dikenal sangat andal dan juga jarang terkena down. "Kegunaan serta keandalan Zoom adalah suatu penyebab di balik adanya angka adopsinya yang melambung tinggi," ungkap CFO Zoom Kelly Steckelberg. Yang hebat dari aplikasi ini adalah dapat menghasilkan latency yang rendah sehingga relatif tak terganggu dengan jeda pembicaraan, serta bisa mempertahankan kualitas video dan audio walaupun koneksi internet tidak stabil. Berbeda halnya dari aplikasi yang lain seperti FaceTime yang hanya terdapat di perangkat Apple, Zoom pun sudah tersedia di Android dan PC. Para pengguna bisa saling berkumpul dalam ruang obrolan yang sama meskipun menggunakan perangkat-perangkat yang berbeda. Aplikasi ini dapat digunakan secara gratis, walaupun durasi videonya dibatasi hanya sekitar 40 menit saja, dengan jumlah partisipan satu sesi paling banyak 100 orang. Ada pula sejumlah paket berbayar berisi fitur-fitur tambahan yang khusus ditawarkan di situsnya. Salah satu dari fitur populer Zoom adalah kemampuannya mengunggah gambar atau video untuk dijadikan background ketika melakukan sebuah conferencing.
Fokus kepermasalahan dan pertanyaan yang ada serta timbul dimasyarakat, yaitu apakah aplikasi zoom sendiri aman saat digunakan, melihat layanan perangkat lunak Zoom dikritik berbagai pihak di dunia terkait privasi pengguna dan masalah keamanan. Zoom sendiri sempat menjadi bahan pembicaraan banyak orang akibat dari adanya potensi pelanggaran privasi data dan perlindungan data pribadi meski sudah menjadi aplikasi yang populer digunakan saat wabah virus corona (SARS-CoV-2). Pratama Persadha, seorang pakar keamanan siber dari CISSRec, menyebutkan adanya data yang menghawatirkan dari penggunaan zoom yaitu indikasi pemetaan wajah para penggunanya. Sebab, dari pengumpulan data seperti ini menurutnya dapat menjadi sebuah celah untuk dimanfaatkan peretas dalam mengakses perangkat dengan pemindaian biometrik wajah seseorang. Yang tengah viral akhir-akhir ini beredar kabar banyaknya celah keamanan pada aplikasi Zoom. Salah satu celahnya adalah Ketika host maupun pihak ketiga bisa memantau kegiatan pengguna saat menjalankan sebuah kegiatan konferensi video. Bahkan celah selanjutnya adalah adanya tamu tak diundang yang dapat ikut serta ke rapat tanpa diundang dengan bermodalkan tautan rapat online yang dapat diklik kapan saja.
Zoom sempat ketahuan mengirimkan sejumlah data penggunanya ke Facebook. Padahal Facebook sendiri sudah menetapkan aturan agar aplikasi ketiga dapat meminta akses persetujuan terlebih dahulu sebelum mengirimkan data ke Facebook. Zoom sendiri dalam kebijakan privasi aplikasi tidak menuturkan secara detail bahwasanya ada sejumlah data yang terkirimkan ke Facebook. Data yang sempat dikirim adalah perangkat yang sedang dipakai, zona waktu, operator seluler, alamat IP pengguna, juga penyimpanan internal hingga CPU. Zoom ternyata juga pernah berbagi data dengan salah satu platform online yaitu LinkedIn, sehingga mereka dapat dengan diam-diam mengecek profil LinkedIn pengguna lain. Ketika dikonfirmasi, Zoom menyatakan akan sesegera mungkin menonaktifkan fitur tersebut.
Dapat kita lihat dari permasalahan yang terjadi diatas, bahwasanya masih banyak kejadian-kejadian pencurian data yang terjadi, mulai dari Zoom sendiri maupun dari luar Zoom. Banyak sekali kebocoran data yang terjadi diaplikasi Zoom ini, sebanyak "530 ribu data password, rapat online, serta banyak data lain, yang diperjual belikan hacker dipasar gelap digital, khususnya dark web" dikutip dari laman CNBC Â Indonesia (Rabu,05/01/2022). Data wajah seringkali dihack atau diretas oleh orang-orang tidak bertanggung jawab, dan diggunakan untuk membuka keamanan dengan biometrik wajah seseorang seperti yang disampaikan diatas.
Masyarakat banyak yang tidak peduli dengan permasalahan yang ada, padahal pencurian data ini sangatlah berbahaya. Mereka menggunakan aplikasi Zoom dengan hanya melihat faktor kelebihanya saja, padahal ada pula faktor lain yang banyak tidak diketahui, yang bisa membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Cara pencegahanya ialah seperti selalu mengunakan aplikasi terbaru, jangan sembarangan membagikan tautan, aktifkan fitur ruang tunggu (waiting room), aktifkan fitur lock meeting, dsb.
Terkait faktor dan permasalahan yang ada, lalu kenapa masih banyak orang yang menggunakan aplikasi zoom tersebut, jawabanya ialah karena aplikasi Zoom ini lebih banyak memiliki dampak baik lebih banyak ketimbang dampak buruknya. Zoom juga menjadi salah satu cara baru atau bisa disebut dengan budaya baru, untuk menyesuaikan kondisi dan situasi yang terjadi sekarang, dengan adanya aplikasi Zoom ini bisa menyalurkan dan membantu banyak pihak dalam segala faktor kehidupan tak terkecuali berkomunikasi, terlebih lagi dimasa pandemi seperti sekarang ini.
Â
Refrensi:
Hamid, Farid. 2019. Media Dan Budaya Populer. Universitas Mercubuana-Jakarta. http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_5377111 Â Â Â Â Â Â 31678 .pdf