Banyak generasi muda yang kurang menyukai makanan ini, karena baunya yang aneh dan rasanya yang hambar, bahkan terkadang muncul rasa asam. Oleh karena itu, mayoritas penggemar growol adalah orang-orang tua yang memang sejak dahulu sudah mengonsumsi makanan olahan ketela ini.Â
Saat ini, konsumen growol didominasi oleh para lansia dan pengidap diabetes karena makanan ini memiliki kadar glikemik rendah, sehingga direkomendasikan sebagai pengganti nasi. Untuk mengakali rasanya yang hambar, growol biasa dinikmati bersama tempe benguk, srundeng, pentho dan kethak.
Pentho merupakan lauk berbahan dasar kelapa muda dan telur, sedangkan kethak berbahan dasar endapan dari pengolahan minyak kelapa. Dua lauk ini juga merupakan kuliner khas Kulon Progo yang tak kalah menarik untuk kita bahas di lain kesempatan.
Growol Si Sahabat Pencernaan
Tak hanya berperan sebagai makanan pengganti nasi, growol memiliki satu khasiat unik, yakni menjaga kesehatan pencernaan dan berperan penting untuk mencegah diare.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suharni pada tahun 1984, dalam proses fermentasi ketela (saat direndam), tumbuh mikroba Coryneform, Streptococcus, Bacillus, Actinobacter yang kemudian diikuti oleh Lactobacillus dan yeast hingga akhir fermentasi.
Selama proses ini berlangsung, bakteri asam laktat akan mendominasi. Nah, bakteri inilah yang kemudian berperan sebagai probiotik. Apa fungsi dari probiotik? Probiotik dalam growol berperan penting untuk meningkatkan proporsi bakteri baik dalam organ-organ pencernaan.Â
Di samping itu, kadar serat kasar dalam growol sangat tinggi, dan berfungsi sebagai prebiotik yang akan menjadi makanan bagi probiotik untuk kelangsungan hidupnya di saluran pencernaan (Almatsier, 2007). Yang lebih menarik lagi, probiotik dan prebiotik dalam growol merupakan perpaduan yang bersinergi untuk mempertahankan fungsi saluran pencernaan selalu sehat (Anastasia et al., 2010).
Mengenai khasiat untuk pencegahan diare, sudah ada penelitian yang membuktikannya. Dalam Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Anastasia dan kawan-kawan mengamati data kejadian diare di Puskesmas Galur II Kulon Progo, dan menemukan bahwa kelompok orang yang tidak mengonsumsi growol berpotensi lebih tinggi hingga 4 kali lipat untuk terkena diare dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi growol.
Menurut penelitian tersebut, untuk mencegah diare, growol harus dikonsumsi terus-menerus minimal 6 atau 4 kali dalam seminggu. Semakin sering kita mengonsumsi growol, semakin sehat pencernaan kita, karena ada semakin banyak probiotik di dalam pencernaan.
Namun yang perlu diingat, jangan mengonsumsi secara berlebihan, ya! Bagaimanapun, karena terbuat dari singkong, growol sangat minim kandungan protein. Tetap imbangi konsumsi growol dengan makanan lain yang kaya protein, vitamin, zat besi, dan zat-zat bermanfaat bagi tubuh lainnya