Mohon tunggu...
www.ArdaDinata.com
www.ArdaDinata.com Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Peneliti, Penulis dan Blogger

Pengasuh Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, blogger, dan penulis lepas. Minatnya dalam bidang motivasi, pendidikan, keluarga, psikologi, kesehatan, lingkungan hidup, dan jurnalistik. Kegiatan harian, selain membaca dan menulis, juga tercatat sebagai seorang PNS di Loka Litbangkes Pangandaran, Balitbangkes Kementerian Kesehatan R.I. \r\nhttps://www.ArdaDinata.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Contoh Tulisan Resensi Buku

6 November 2011   13:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:59 31300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada bagian empat, dibahas seputar masalah waktu kematian. Pada bagian akhir ini kita diajak untuk melihat tentang penentuan kematian dari sudut ilmu kedokteran, konsep kematian dalam Alquran, pertimbangan ulama tentang akhir hidup manusia, bagaimana resolusi fikih tentang kematian otak, dan masalah eutanasia.

Terkait masalah eutanasia, dalam buku ini diungkapkan bahwa eutanasia pada hakikatnya adalah pencabutan nyawa seseorang yang menderita penyakit parah atas dasar permintaan atau kepentingan orang itu sendiri. Dengan kata lain, eutanasia artinya membiarkan seseorang mati dengan "mudah dan baik". Atau sebagai "pembunuhan dengan belas kasih" terhadap orang sakit, luka-luka, atau lumpuh yang tidak memiliki harapan sembuh, dan didefinsikan pula sebagai pencabutan nyawa -dengan sebisa mungkin tidak menimbulkan rasa sakit-seorang pasien yang menderita penyakit parah dan mengalami kesakitan yang sangat menyiksa (hal. 148).

Sementara itu, menyangkut motivasi melakukan eutanasia, para pendukung eutanasia menjustifikasi pendirian mereka berdasarkan hal-hal berikut: (a) Faktor ekonomi, (b) Pertimbangan ruangan, tempat tidur, petugas, dan peralatan medis di rumah sakit yang justru dapat dimanfaatkan oleh pasien-pasien yang lain, dan (c) Mati dengan layak (hal. 155).

Pertanyaannya, bila fakta bahwa transplantasi organ tidak dapat menanggulangi problem penyakit parah, akankah eutanasia diizinkan sebagai jalan untuk mengakhiri penderitaan pasien? Jawabannya ada dalam buku ini. Walaupun diakui oleh penulisnya, buku ini bukanlah jawaban final untuk problem-problem seputar masalah di atas, tetapi insya Allah, buku ini menjadi titik tolak bagi studi lebih lanjut. Apalagi meski buku ini hasil terjemahan, tapi kita yang membacanya terasa nyaman, mengalir, dan mudah dipahami. Pokoknya, tidak rugi mengoleksi buku ini. Lebih-lebih topik ini masih jarang ada di pasaran. Wallahu a'lam.***

Penulis pencinta buku, praktisi kesehatan dan pendiri Majelis Inspirasi Alquran & Realitas Alam (MIQRA).

< HOME >

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun