Mohon tunggu...
www.ArdaDinata.com
www.ArdaDinata.com Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Peneliti, Penulis dan Blogger

Pengasuh Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, blogger, dan penulis lepas. Minatnya dalam bidang motivasi, pendidikan, keluarga, psikologi, kesehatan, lingkungan hidup, dan jurnalistik. Kegiatan harian, selain membaca dan menulis, juga tercatat sebagai seorang PNS di Loka Litbangkes Pangandaran, Balitbangkes Kementerian Kesehatan R.I. \r\nhttps://www.ArdaDinata.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Perumpamaan

19 Mei 2012   06:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:06 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa diartikan sebagai lambang (bunyi bahasa) yang dipakai manusia untuk melahirkan pikiran dan perasaan. Atau bisa juga merupakan perkataan-perkataan yang dipakai oleh suku bangsa, negara, daerah, dan lainnya. Sedangkan perumpamaan berarti ibarat, amsal, persamaan (perbandingan), atau peribahasa. Jadi, bahasa perumpamaan itu adalah bahasa berupa ibarat, amsal, perbandingan, atau peribahasa yang digunakan untuk melahirkan pikiran/ perasaan tentang sesuatu hal.

Dalam Al-Quran banyak kita temui ayat-ayat yang menggunakan gaya bahasa perumpamaan. Baik yang menyangkut peringatan, kabar gembira maupun sindiran terhadap manusia. Bahasa perumpamaan itu digunakan dalam Al-Quran, tidak lain agar manusia selalu ingat terhadap isi pesan yang disampaikan Allah SWT.

Salah satu bahasa perumpamaan itu dapat kita temui dalam QS. Ibrahim: 24-25, ”Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seijin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”

Kalau kita telaah dan renungkan makna perumpamaan ayat tersebut, sungguh agung dan dalam artinya. Yakni pohon yang baik itu tidak lain adalah pohon kurma. Akarnya teguh sebagaimana dasar tauhid yang telah terhunjam ke dalam hati. Cabangnya menjulang tinggi, menandakan bahwa cabang iman, amal shalih dan ihsan adalah akan naik ke atas langit. Demikian pula, laksana pohon kurma yang daun-daunnya tidak jatuh berguguran, maka seorang mukmin diharapkan tidak berubah imannya karena hawa nafsu.

Lebih jauh, sifat pohon kurma ini jika dicabangkan, ia akan bercabang banyak dan tiap cabangnya itu akan berbuah. Begitu pun seorang mukmin jika dididik, maka ia akan terdidik dengan baik. Artinya, bila diperbaiki moral dan akhlaknya, maka ia akan terbentuk dengan baik.

Sementara itu, pohon kurma memiliki madu yang jernih dan minumannya adalah memberi kesembuhan. Hal ini memberi perlambang bahwa seorang mukmin hendaknya ide-idenya adalah memberi kesembuhan dan nasehat-nasehatnya itu laksana obat. Begitu pun dengan kebaikannya terlihat segera, sementara keburukannya begitu jarang nampak.

Akhirnya, tidak berlebihan bila Fudhail bin Iyadh mengatakan, ”Seorang mukmin adalah sedikit bicara, banyak bekerja. Sementara orang munafik adalah banyak bicara dan sedikit beramal.” Waallahu’alam.

Arda Dinata, pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam/ MIQRA Indonesia, www.miqraindonesia.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun