PENYAKIT paru adalah suatu keadaan pertukaran gas dalam paru manusia terganggu, yang bila tidak segera diatasi akan menyebabkansuatu keadaan yang disebut gagal nafas akut. Kondisi ini ditandai dengan menurunnya kadar oksigen di arteri/naiknya kadar karbondioksida atau kombinasi keduanya. Penyakit paru juga dapat diartikan sebagai penyakit yang memperlihatkan adanya kerusakan paru oleh debu, asap, dan atau gas berbahaya yang terhisap manusia.
Bila kita merujuk pada konsep di atas, maka sejatinya penyakit paru itu banyak macamnya. Keberadaannya “bergentayangan” di sekitar lingkungan manusia. Dan bahayanya, kondisi bibit penyakit ini sewaktu-waktu siap bertamu masuk dalam tubuh manusia, termasuk wanita. Berikut ini ada delapan jenis penyakit paru yang patut kita waspadai.
1. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi saluran napas bagian bawah. Penyakit ini akibat infeksi akut jaringan paru oleh mikroorganisme. Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus.Penyebab tersering pneumonia bakterialis ialah bakteri gram positif, seperti Streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri Streptococcus aureus dan streptokokus beta-hemolitikis juga sering menyebabkan pneumonia, termasuk bakteri Pseudomonas aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza.
Sementara pneumonia mikroplasma merupakan suatu pneumonia yang sering dijumpai dalam hidup manusia. Hal ini dikarenakan mikroorganisme itu, berdasarkan beberapa aspeknyaada di antara bakteri dan virus.Untuk orang yang mengidap AIDS, sering mengalami pneumonia jenis pneumocystis carinii. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap pneumonia legionella.Pneumonia juga terjadi pada orang yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau air akibat tenggelam, penyakitnya disebut pneumonia aspirasi.
2. Pneumoconiosis
Pneumoconiosis adalah penyakit paru restriktif yang timbul akibat inhalasi okupasional debu, biasanya dari batu, batubara, tumbuhan, atau serat-serat buatan. Pneumoconiosis biasanya hanya timbul setelah pajanan debu bertahun-tahun.
Debu yang mencapai saluran napas bawah ini akan merangsang suatu reaksi peradanganimun yang menyebabkan akumulasi makrofag yang berisi debu sehingga akhirnya terjadi fibrosis paru difus. Fibrosis paru mengikat jarak yang harus ditempuh gas untuk berdifusi, sehingga terjadi penurunan pertukaran gas. Fibrosis juga membatasi compliance dada dan mengurangi ventilasi. Pengaruh lain misalnya asap rokok, yang mempengaruhi system silkulasi mukosiliaris, mempermudah sampainya debu ke saluran napas bawah sehingga memperparah keadaan.
Contoh penyakit akibat inhalasi debu adalah penyakit paru hitam (black lung disease) yang dijumpai pada para penambang batu bara, silikosis, yang terjadi pada para pekerja yang berkaitan dengan batu termasuk tukang batu dan perajin tembikar. Penyakit paru coklat (brown lung disease) yang dijumpai pada mereka yang terpajan debu kapas. Pajanan asbestos juga menyebabkan fibrosis dan sapat menimbulkan kanker paru.
3. Kegagalan Pernapasan
Kegagalan pernapasan adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon dioksida arteri) dan asidosis. Keadaan ini sering terjadi apabila bernapas menjadi demikian sulitnya sehingga terjadi kelelahan dan individu tidak lagi memiliki energi untuk bernapas.
Kegagalan pernapasan dapat timbul akibat berbagai penyakit pernapasan. Secara klinis penyakit paru jenis ini didefinisikan sebagai tekanan parsial oksigen (PO2) di daerah arteri kurang dari 50 mmHg, dan tekanan parsial karbon dioksida (PCO2) di daerah arteri lebih dari 50mmHg, dengan Ph sama atau kurang dari 7,25.
4. TBC
Penyakit TBC (Turbekulosis) merupakan penyakit menahun yang telah lama dikenal masyarakat luas dan ditakuti karena menular. Namun TBC ini dapat disembuhkan dengan meminum obat anti TBC secara teratur sesuai petunjuk dokter.Menurut Robbins tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan bisa terdapat pada paru-paru, tetapi mungkin juga pada organ lain seperti kelenjar bening.
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
Penyakit TBC dapat dihindari dengan cara menjaga agar tempat tinggal/rumah tidak gelap, tidak lembab dan ventilasi udara harus cukup baik, sinar matahari bisa masuk kedalam ruangan karena kuman TBC dapat mati oleh cahaya matahari. Dengan demikian, kuman yang masuk ke dalam tubuh lewat pernapasan ataupun kulit luka dapat dicegah (Misnadiarly, 2006).
5. Asma
Penyakit asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti “sukar bernapas.” Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Tingkat penyempitan jalan napas dapat berubah baik secara spontan atau karena terapi. Asma berbeda dari penyakit paru obstruktif dalam hal bahwa asma adalah proses reversible. Jika asma dan bronkitis terjadi bersamaan, obstruksi yang diakibatkan menjadi gabungan dan disebut bronkitis asmatik kronik.
Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia. Sekitar setengah dari kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Penyakit asma adalah penyakit yang mempunyai banyak faktor penyebab, dimana yang paling sering karena alergi. Faktorpenyebab dan pemicu penyakit asma lainnya adalah debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lain-lain.
Penyakit ini merupakan penyakit keturunan dan tidak menular. Bila salah satu atau kedua orang tua, kakek atau nenek anak menderita penyakit asma maka bisa diturunkan ke anaknya. Pada umumnya, gejala klinis dtandai dengan adanya sesak nafas dan mengi (nafas yang berbunyi). Kelompok anak yang patut diduga asma adalah anak-anak yang menunjukkan batuk dan atau mengi yang timbul secara periodik, cenderung pada malam atau dini hari, musiman, setelah aktivitas, serta adanya riwayat asma dan atopi pada pasien dan keluarganya (Smeltzer, 2001).
6. Kanker Paru
Kanker paru adalah pembunuh tumor nomor satu diantara pria di USA. Namun begitu, kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita dibanding pada pria dan sekarang melebihi kanker pada wanita. Pada hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ke tempat limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis. Sebagai akibat, angka survival pasien kanker paru adalah rendah.
Terdapat empat jenis sel utama kanker paru yang telah diidentifikasi, yaitu karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), adenokarsinoma, dan karsinoma sel besar (tidak dapat dibedakan).Beberapa faktor resiko terjadinya kanker paru ialah adanya asap tembakau,perokok kedua (perokok pasif), polusi udara, radon, dan masukan vitamin A yang tidak adekuat. Faktor lainnya yang mempunyai kaitan dengan kanker paru termasuk predisposisi genetik dan penyakit pernapasan lain yang mendasari, seperti PPOKdan TBC. Kombinasi faktor resiko, terutama merokok sangat meningkatkan risiko terjadinya kanker paru (Smeltzer, 2001).
7. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
PPOK adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. Dalam bahasa lain, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK, [Chronic Obstructive Pulmonary Disease]-COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Bronkitis kronik, emfisema paru, dan asma bronchial membentuk kesatuan yang disebut COPD (Price and Wilson, 2006).
Pokoknya, PPOKini sering menjadi simptomatik selama tahun-tahun usia bayi, tetapi insidennya meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Meskipun aspek-aspek fungsi paru tertentu, seperti kapasitas vital dan volume ekspirasi kuat, menurun sejalan dengan peningkatan usia. PPOK memperburuk banyak perubahan fisiologi yang berkaitan dengan penuaan dan mengakibatkan obstruktif jalan napas (dalam bronkitis) dan kehilangan daya kembang elastik paru (pada emfisema). Karenanya, terdapat perubahan tambahan dalam rasio ventilasi perfusi pada pasien lansia dengan PPOK (Smeltzer, 2001).
8. Penyakit Paru Akibat Pekerjaan
Penyakit paru akibat pekerjaan ini terjadi akibat terhirupnya partikel, kabut, uap atau gas yang berbahaya pada saat seseorang sedang bekerja.Lokasi tersangkutnya zat tersebut pada saluran pernafasan (paru-paru). Jenis penyakit paru yang terjadi, tergantung kepada ukuran dan jenis partikel yang terhirup.Partikel yang lebih besar mungkin akan terperangkap di dalam hidung atau saluran pernafasan yang besar, tetapi partikel yang sangat kecil bisa sampai ke paru-paru.Di dalam paru-paru, beberapa partikel dicerna dan bisa diserap ke dalam aliran darah.Partikel yang lebih padat tidak dapat dicerna akan dikeluarkan oleh sistem pertahanan tubuh.
Tubuh memiliki beberapa cara untuk membersihkan partikel yang terhirup:Pertama, di dalam saluran pernafasan, lendir akan membungkus partikel, sehingga bisa lebih mudah dikeluarkan melalui batuk. Kedua, di dalam paru-paru, sel-sel pembersih tertentu, akan menelan partikel tersebut dan melenyapkannya.
Berbagai penyakit yang timbul dalam lingkungan kerjamengandung debu, antara lain pneumokoniosis, silikosis, asbestosis, hemosiderosis, bisinosis, bronkitis, asma kerja, kanker paru, dll. Penyakit paru kerja terbagi 3 yaitu:Pertama, akibat debu organik, misalnya debu kapas (bissinosis), debu padi-padian (Grain worker’s disease), debu kayu.Kedua, akibat debu anorganik (pneumokoniosis) misalnya debu silika (silikosis), debu asbes (asbestosis), debu timah (stannosis).Ketiga, penyakit paru kerja akibat gas iritan, 3 polutan yang paling banyak mempengaruhi kesehatan paru adalah sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2) dan ozon (O3).
Akhirnya, dengan kita mengenal kedelapan jenis penyakit paru tersebut, maka diharapkan kita akan terhindar dari bahaya dan terjadinya penularan penyakit paru dalam kehidupan kita sehari-hari.
(Arda Dinata,bekerjadi Loka Litbang P2B2 Ciamis, Balitbangkes Kementrian KesehatanR.I).***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H