pertumbuhan ekonomi triwulan II 2022 pada Jumat (5/8/2022) yang dimulai pukul 10.45 WITA. Kepala BPS Provinsi Sulbar, Tina Wahyufitri, menyampaikan bahwa pada triwulan II 2022 ekonomi Sulbar mampu tumbuh sebesar 2,13 persen secara year on year, yakni triwulan II 2022 dibanding triwulan II 2021.
BPS Provinsi Sulbar merilis berita resmi statistikSturktur perekonomian Sulbar menurut Lapangan Usaha, masih didominasi oleh sektor Pertanian yang kontribusinya mencapai 44,80 persen. Kontribusi ini meningkat dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yakni 44,35 persen.
Pada urutan kedua ada kategori Industri Pengolahan dengan kontribusi sebesar 11,15 persen. Disusul, kategori Perdagangan dengan kontribusinya sebesar 10,05 persen. Pada urutan keempat dan kelima yaitu kategori Administrasi Pemerintahan dan kategori Konstruksi dengan kontribusi masing-masing sebesar 6,84 persen dan 6,73 persen.
Sementara itu, pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan II-2022 sedikit melambat dari tahun sebelumnya yakni dari 3,63 persen menjadi 3,35 persen. Sektor Industri Pengolahan justru mengalami kontraksi sebesar 3,50 persen. Hal ini berkaitan dengan pembatasan ekspor produk CPO dan turunannya yang berdampak terhadap penurunan kinerja industri pengolahan Sulbar.
Sektor lain mengalami pertumbuhan cukup besar seperti Penyediaan Akomodasi Makan Minum, tapi sayangnya tidak memiliki kontribusi yang besar.
Struktur perekonomian Sulbar menurut pengeluaran pada triwulan II 2022 secara year on year masih didominasi oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang mencapai 50,85 persen.
Pada urutan kedua adalah komponen Ekspor yang mencapai 45,03 persen. Cukup besar, meskipun harus dikurangi dengan komponen Impor yakni kebutuhan dalam Sulbar yang harus didatangkan dari luar daerah maupun luar negeri yang mencapai 40,05 persen.
Pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah komponen Konsumsi Lembaga Non-Profit (LNPRT) yang mencapai 9,79 persen. Disusul Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) sebesar 3,90 persen. Pertumbuhan dua komponen ini cukup menopang pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat menjadi positif. Komponen lainnya seperti Ekspor yang terkontraksi sebesar 14,22 persen, PMTB 3,54 persen, serta Konsumsi Pemerintah 4,36 persen.
Tina menjelaskan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulbar dipicu oleh ketergantungan terhadap industri makan minum dan komoditas ekspor yang bermuara pada CPO dan turunannya. "Sulbar sebaiknya memiliki komoditas unggulan alternatif yang bisa menyokong pertumbuhan ekonomi, sehingga ketika ada pembatasan ekspor CPO maka ekonomi akan bisa tetap tumbuh impresif," terang Tina. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H