BPS selalu mengacu kepada konsep dan definisi yang disepakati secara internasional sehingga mudah diukur dan bisa dibandingkan secara berkala. Lembaga internasional seperti IMF dan PBB adalah salah dua lembaga yang mengawasi itu, sedangkan di dalam negeri ada Forum Masyarakat Statistik.
Semua lembaga itu tidak mungkin secara sepakat dan bisa dikontrol oleh kelompok tertentu, termasuk pemerintah.
Data Pengangguran
Lalu mengenai tingkat pengangguran yang menurun, Sandiaga juga menuduh bahwa hitung-hitungan BPS masih mentah. BPS mencatat terjadi penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), dari Februari 2017 sebesar 5,33 persen jadi 5,13 persen pada Februari 2018.
Namun Sandiaga menilai, BPS hanya mengukur tingkat pengangguran terbuka tanpa melihat kualitas pekerjaannya. Menurut Sandiaga, banyak anak muda lulusan diploma dan sarjana yang terpaksa bekerja tidak sesuai dengan bidang dan kemampuannya. "Job-nya ada tetapi tak berkualitas," kata dia.
Kalau dikatakan demikian, memang benar bahwa BPS melalui survei angkatan kerja nasional (SAKERNAS) hanya memotret kondisi ketenagakerjaan secara umum. Sakernas kemudian tidak menganggap seseorang tidak bekerja atau menganggur hanya karena tidak sesuai spesifikasi pendidikannya.
Sakernas tidak bertujuan untuk mengarahkan sarjana pertanian yang bekerja di perbankan agar berhenti dan mencari pekerjaan yang sesuai. Sakernas hanya memberikan angka yang bekerja, yang menganggur serta jenis-jenis pekerjaannya. Sehingga BPS tidak bisa disalahkan sama sekali mengenai ini. Silakan sampaikan kepada yang memiliki wewenang untuk mengatur itu atau silakan buat kebijakan yang mendukung ide tersebut kalau punya wewenang.
Dalam mengeluarkan angka-angka ketenagakerjaan BPS selalu mengacu kepada International Labour Organization (ILO) yang tentu telah diadopsi berpuluh tahun. Hasil Sakernas pun tidak pernah seheboh saat menjelang pemilu seperti saat ini.
Sekali lagi, kita sangat butuh kepada orang-orang seperti Bang Sandi yang mempunyai niat baik untuk membangun bangsa. Tetapi niat baik saja tidak cukup, perlu pemahaman yang menyeluruh terhadap suatu permasalahan sebelum berkomentar.
Blunder (Lagi)
Pada kesempatan yang sama Bang Sandi kembali membanggakan pencapaiannya di DKI Jakarta.