Mohon tunggu...
Dwi Ardian
Dwi Ardian Mohon Tunggu... Lainnya - Statistisi

Pengumpul data belajar menulis. Email: dwiardian48@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Politisasi Data Kemiskinan?

17 Juli 2018   19:52 Diperbarui: 17 Juli 2018   20:38 1342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

GKM dihitung berdasarkan jumlah kalori yang dikonsumsi ruta yakni sebesar 2.100 kilo kalori per kapita per hari yang terdiri atas 52 jenis komoditas berkategori makanan, sedangkan GKNM terdiri atas 51 komoditas di perkotaan dan 47 komoditas di pedesaan. Jadi GK ini akan berubah setiap periode tertentu pencacahan. Yang penasaran dengan penghitungannya silakan merujuk ke web BPS: bps.go.id.Penghitungan ini mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi tahun 1978. Sudah lama kan! 

Paket komoditas kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditas (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). "Dll" ini termasuk di dalamnya rokok kretek filter yang ternyata penyumbang kedua kemiskinan di Indonesia setelah padi-padian. Mengapa rokok termasuk makanan dan mengapa jadi penyumbang kedua kemiskinan? Jawabannya, karena memang rokok itu barang yang cepat habis dan kenyataannya memang "dimakan" oleh manusia super. 

Penyumbang kedua kemiskinan karena rokok tidak memiliki kalori sama sekali sedangkan harganya cukup tinggi. Tidak masalah konsumsi beras dan ikan berkurang asal suplai rokok tetap (prinsip 'ahli hisap'), belum lagi kalau benaran naik jadi Rp50ribu mungkin bisa jadi nomor satu. 

Ke-52 jenis komoditas tersebut merupakan komoditas-komoditas yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk miskin. Jumlah pengeluaran untuk 52 komoditas ini sekitar 73,48 persen dari total pengeluaran orang miskin. Adapun sisanya sekitar 26 persen lebih yang dikonsumsi ruta, GKNM meliputi kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

GK bisa naik atau turun, meski kecenderungannya adalah naik. Hal ini sangat dipengaruhi oleh inflasi harga kebutuhan dasar ruta. Meski penghitungannya tidak sederhana karena juga harus ada data indeks harga konsumen (IHK) tetapi kalau mau digambarkan secara sederhana maka jika kita mengonsumsi beras, ikan, dan lainnya dalam jumlah yang sama untuk setiap waktu tetapi harganya cenderung naik maka garis kemiskinan juga akan naik. Hal ini karena patokan untuk GKM adalah konsumsi 2.100 kilo kalori per kapita per hari. 

Harga makanan maupun nonmakanan di pedesaan cenderung rendah karena umumnya masih produksi sendiri dan perkiraan harganya mengikuti harga pasar di desa itu, misal beras dari sawah sendiri, cabai dari kebun sendiri, penerangan listrik dari pelita dan turbin yang biayanya rendah, perbaikan rumah sendiri, dsb diproduksi sendiri sehingga tidak heran kalau GK di pedesaan cenderung lebih rendah dari perkotaan

Beras lebih besar lagi share-nya mencapai 26,79 persen di perdesaan dan 20,95 di perkotaan. Artinya dengan peraan yang besar itu maka akan menyebabkan pergeseran angka kemiskinan yang signifikan jika harganya tidak dijaga.

Dari sisi GKNM yang cukup punya peranan adalah bensin dan listrik. Sebagaimana diketahui bersama bahwa kedua komoditas tersebut merupakan hal yang paling vital bagi kehidupan manusia. Sehingga jika ada gejala kenaikan sedikit saja maka akan berpengaruh besar kepada angka kemiskinan secara umum.

Penyebab Turunnya Kemiskinan

Perlu diketahui bahwa data yang dirilis oleh BPS adalah keadaan Maret 2018. Pada saat itu belum ada kenaikan harga bahan pokok dan pemicu kemiskinan yang sekencang saat-saat belakangan ini. Nilai tukar petani yang mengalami peningkatan juga turut andil. Bantuan sosial tunai dari pemerintah tumbuh 87,6 persen pada triwulan I 2018, lebih tinggi dibanding triwulan I 2017 yang hanya tumbuh 3,39 persen.

Program rastra dan bantuan non-tunai pada triwulan I telah tersalurkan sesuai jadwal. Berdasarkan data bulog, realisasi distribusi bantuan sosial rastra pada Januari 2018 sebesar 99,65 persen, pada Februari 99,66 persen dan Maret 99,62 persen. Hal yang tidak terjadi di periode-periode sebelumnya. Sepertinya pemerintah paham betul bahwa menjaga daya beli dan konsumsi masyarakat adalah kunci utama menurunkan kemiskinan. Meski dalam jangka pendek dan hanya menjangkau masyarakat miskin di sekitar garis kemiskinan saja, tetapi paling tidak itu bisa menaikkan nilai jual calon presiden petahana untuk kembali bertarung di tahun mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun