Menerima kabar baik kemenangan Zohri ini pemuda (saya sebut pemuda karena kebanyakan mereka pemuda, meski ada juga orang tua bermental labil seperti remaja) terbagi menjadi beberapa sudut pandang di dunia maya hingga ke dunia nyata. Sebagian mengapresiasi dengan bijaksana, sebagian sok bijak (sana) injak sini memanfaatkan situasi, sebagian lagi diam.
Mereka yang mengapresiasi secara bijaksana adalah dengan cara memberikan ucapan selamat dan berusaha mengadopsi perjuangan yang gigih yang telah dilalui oleh Lalu Zohri. Mereka adalah pemuda warganet yang bisa mengambil ibrah dari prestasi orang lain.
Sebagian lagi adalah mereka yang sok mengapresiasi dan seakan penuh perhatian tetapi sayangnya menjatuhkan martabat orang lain. Tidak tanggung-tanggung kehormatan pemerintah, utamanya presiden dan jajarannya yang menjadi sasaran mereka. Saksikanlah kekonyolan mereka. Mereka menilai bahwa pemerintah sama sekali tidak mendampingi Zohri mengikuti kejuaraan dunia atletik. Bendera tidak disiapkan saat selebrasi serta tudingan lain yang tidak berdasar.
Anehnya, memanfaatkan "keluguan" dan emosi milenials yang mudah diaduk-aduk (mungkin karena memang tontonannya drama korea), sebuah foto hoaks beserta caption tidak berdasar bisa dishare sampai ratusan hingga ribuan kali di beberapa media sosial berbeda. Foto/video yang menampilkan Zohri terlambat mendapat bendera.Â
Netizen yang "mahabenar" terprovokasi dengan tulisan bahwa Zohri mendapat bendera dari orang Polandia kemudian dibalik menjadi merah putih. Sebuah kekonyolan dan kepolosan para penyebarnya.Â
Kekonyolan pertama, Polandia tidak ikut serta dalam final perlombaan tersebut. Alangkah tidak masuk akalnya kalau Polandia yang tidak ikut malah ada yang siapin benderanya kemudian Indonesia yang menjadi finalis tidak ada benderanya. Memang Polandia ikut di final di nomor lain (kategori 200 m women) tetapi memakai bendera dari Polandia dan meninggalkan bendera sendiri adalah sebuah keganjilan. Ini sudah diklarifikasi oleh tim PB PASI.
Kedua, tidak ada sumber berita yang jelas. Paling tidak tanya dulu kek sama PB PASI yang mendampingi Zohri atau keluarganya atau banyak kemungkinan lain yang bisa ditanya, sekarang kan media begitu mudah. Anehnya, ratusan hingga ribuan orang ikut menyebarkannya tanpa ada yang konfirmasi sama sekali. Hal ini kemudian dijawab langsung oleh salah satu tim Zohri saat ke sana setelah sharing-an yang beredar sampai kepada mereka. Yang ada adalah aksi tendensius untuk mencari berita-berita yang memang memojokkan pemerintah.
Yang cukup menyita perhatian adalah isu ini masuk hingga menjadi isu politik para netizen yang "mahabenar" itu. Mereka menggunakan foto/video Zohri dengan lambang partai mereka dengan caption yang menggugah. Sesuatu pemandangan yang biasa. Jangankan prestasi yang bersifat duniawi, "prestasi yang bersifat ukhrawi" yang seharusnya tidak dipamer sana-sini pun menjadi sarana partai politik untuk ikut tenar dengan itu.
Hal yang patut disyukuri adalah pemerintah dan orang-orang seakan bahu-membahu memberikan apresiasi kepada Zohri. Mulai dari pejabat, ustad yang tenar di youtube, hingga pengacara kondang akan memberikan bantuan materi kepada keluarga Zohri. Itu adalah apresiasi yang wajar dan tidak perlu ditarik-tarik ke ranah politik yang kemudian menghadirkan perdebatan dan perpecahan anak bangsa. Sesuatu yang tentu membuang-buang waktu produktif.
Zohri adalah fenomena. Fenomena yang seharusnya disikapi positif, bukan malah saling serang dan menuduh serta nyinyir yang tidak berdasar. Kita adalah salah satu negara pengguna terbesar telepon pintar. Sayangnya, kedewasaan dalam memakai smartphone masih perlu dipertanyakan. Warganet masih kebanyakan orang yang emosional dalam menggunakan gadgetnya dari pada memilih menggunakannya dengan cerdas sebagaimana nama gadgetnya (smart).