Mohon tunggu...
Dwi Ardian
Dwi Ardian Mohon Tunggu... Lainnya - Statistisi

Pengumpul data belajar menulis. Email: dwiardian48@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terbukti dengan Data, Bersyukur Kunci Kebahagiaan

11 Juli 2018   19:37 Diperbarui: 11 Juli 2018   20:26 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepuasan hidup personal meliputi pekerjaan, usaha rumah tangga, pendapatan rumah tangga, kesehatan, dsb. Indeks kepuasan hidup seseorang dari sisi pekerjaan atau pendapatan meski tidak besar ada kecenderungan orang merasa cukup puas dengan itu, dengan kata lain orang atau rumah tangga cenderung merasa qanaahdengan itu. 

Apabila angka indeks kepuasan hidup atau dengan kata lain kaaya hati (qanaah) itu kita hubungkan dengan indeks kebahagiaan (korelasi dua variabel tersebut) maka diperoleh angka 0.91, artinya memiliki hubungan yang sangat kuat. Misalnya, Provinsi Maluku yang memiliki indeks kepuasan hidup sebesar 75.05 berkorelasi positif dengan tingkat kebahagiaan provinsi tersebut yakni sebesar  73.77. Begitu pun Provinsi Banten yang memiliki indeks kepuasan hidup di bawah rata-rata (70.37) maka hal itu juga sejalan dengan indeks kabahagiaannya yakni 69.83.

Dari survei dan data-data yang diperoleh tersebut bisa disimpulkan bahwa kemiskinan atau keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan hidup bukanlah hal yang mempengaruhi terhadap tingkat kebahagiaan seseorang. Orang boleh saja kaya dengan kekayaan yang berlimpah tetapi tidak menjamin kebahagiaan bagi hidupnya. 

Lihat saja Qarun yang gembok-gembok tempat penyimpanan hartanya saja tidak kuat diangkat oleh satu dua orang tetapi itu tidak membuatnya menjadi orang yang bahagia, bahkan kegundahan dan kegelisahan yang diperoleh. Sebaliknya, orang bisa saja seorang miskin dengan segala keterbatasan tetapi bisa bersyukur dan merasa cukup (qanaah) terhadap apa yang dimiliki dan hal itu membuatnya menjadi orang yang paling bahagia.Benar sekali kata sebuah ungkapan bahwa, "Bukan bahagia yang membuat kita bersyukurtetapi bersyukur yang membuat kita bahagia."

Rumus bahagia adalah bersyukur. Sebagai umat Islam terbesar di dunia yakni sekitar 87 persen dari sekitar 261 juta jiwa penduduk, seharusnya kita bisa mengaplikasikan secara penuh nilai-nilai yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang kesyukuran. 

Bagaimana beliau menyampaikan firman Allah subhana wataala bahwa orang yang bersyukur akan senantiasa ditambahkan nikmatnya (QS Ibrahim:7), sehingga seyogianya dengan nikmat yang "cukup" saja bisa membuat kita merasa bahagia maka seharusnya dengan kenikmatan yang bertambah akan membuat kita menjadi orang-orang yang paling bahagia. Menurut alhadits bahwa jika seseorang memiliki rasa aman, memiliki tempat tinggal (meski sangat sederhana), sehat badannya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan telah memiliki dunia dan seisinya (HR Tirmidzi). Terus apa lagi alasan bagi orang-orang yang memiliki lebih dari itu untuk tidak bersyukur?! Syukurilah maka Engkau akan bahagia. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun