Mohon tunggu...
Arctic Blue
Arctic Blue Mohon Tunggu... -

A fresh graduate student from Australian University...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cinta Yang "Bermasalah"

22 Januari 2011   11:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:18 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Si, ingatlah bahwa kamu seorang kristiani...cepat jauhkan perasaan rindumu itu..! mungkin itu lah yang ada dibenak susi sekarang, seorang gadis remaja yang terjebak cinta dengan seorang muslim. Begitulah setiap hari susi bergelut dengan perasa’an cintanya mencintai seorang “ikhwan” itu. Sudah pula dia ceritakan perasaan rindunya ini ke orang tua susi. Tapi sepertiyang sudah diduga, orang tua susi sangat tidak menyetujui dan secara tegas melarang susi untuk melakukan kontak dengan sang “ikhwan”. Begitulah setiap hari susi pun menjalani hidup-hidupnya dengan perasaan gundah gulana, berkecamuk, benci dengan kondisinya, dan sedih meratapi masalah perjodohanya yang “bermasalah”.

Hmmm, “bermasalah” ?? bukan kah apabila dilihat dari sisi kemanusaan, sebenarnya sama sekali tidak ada yang buruk dengan persoalan cinta beda agama ini. Jika kita semua percaya bahwa tiap agama bertujuan positif bagi kehidupan manusia, maka “perbedaan merk” tentulah bukan penghalang untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis dan kemudian menikah. Merk?? Yup, seperti yang telah disebutkan oleh seorang penulis, TUHAN itu BESAR, belok kiri- belok kanan, dan maju-mundur kamu akan MENEMUINYA juga! Tapi dengan syarat apa bila kamu benar-benar mendalami agama tersebut sampai ke intinya. Dan bukan kah, malah sebaliknya, hubungan perbedaan agama dapat dipandang positif sebagai sebuah wadah untuk mengenal agama lain dan mencari kesamaannya. Apabila kita secara seksama dapat melihat “masalah” ini dengan secara seksama, tenang hati, dan teliti, sebenarnya banyak hikmah yang bisa diperoleh dari bersikap inklusif dengan mencoba mengenal agama lain dengan baik, yang dalam hal ini melalui sebuah wadah pernikahan.

Berbicara masalah perbedaan agama yang dimasalahkan ini, ada beberapa spiritual experience yang sangat bersifat privasi didalam masing-masing agama. Oke, kita ambil contoh islam, didalam islam ada 4 tahapan dalam menuju kesempurnaan. Pertama syariat, diikuti oleh hakikat, tarekat, dan paling akhir, menuju tingkatan makrifatullah. Suatu hari saya pernah ditanya oleh sahabat saya yang seorang kristiani. Dia bertanya, kamu kok sholat trus sih? Sebenarnya inti dari Islam itu apa? Apakah hanya menggerakan gerakan sholat dan selesai? Mendapat pertanyaan seperti itu, saya agak terkejut dan berusaha untuk menjawab sebisanya, saya bilang bahwasanya Islam ingin seluruh penganutnya untuk mencapai tingkat paling tertinggi dan bukannya sekedar ilmu atau sholat saja melainkan dengan suatu perbuatan atau tindakan yaitu suatu kesadaran dengan sebenar benar sadar bahwa tidak ada tuhan selain allah dan bahwasanya kita semua adalah SATU. Sahabat saya pun kaget mendengar pejelasan saya, dia berucap bahwa Kristen juga mempunyai tingkat “makrifat” juga seperti di Islam yaitu dimana kita menyentuh titik untuk dapat menyatu dengan BAPA sang Roh Kudus. Berarti kita sama dong?? Celoteh dia. Kembali kemasalah beda agama tadi, kita dapat lihat dengan jelas bahwa Islam dan Kristen itu hanyalah sebuah “merk” yang mempunyai jalur yang berbeda untuk menemui TUHAN yang satu.

Sudah banyak terjadi hubungan cinta beda agama yang harus berakhir karena dihadapkan pada sebuah tuntutan seperti salah satu harus mengalah ke agama pasangannya atau perjanjian pra nikah tentang agama yang akan dianut oleh anak mereka kelak. Seharusnya ini menjadi pertanyaan kita semua, kok bisa peerbedaan agama ini dapat menjadi factor terbesar dalam menghambat hubungan lawan jenis? Apakah ada hubunganya antara iman pribadi dengan keharmonisan hubungan suami-isteri/keluarga? Bukankah tiap agama –setidaknya yang kita kenal—memiliki tujuan positif bagi tiap manusia?. Ingat agama tidak akan pernah mencegah seseorang untuk jatuh cinta. Bukan kah pepatah bilang, cinta datang dari tuhan. Kalau itu bunyinya, berarti kita adalah “tuhan” itu sendiri dong? apa bila merujuk kepada kesatuan kita kepada tuhan (makrifat).

Jangan pernah berpikir bahwa agama akan membawa anda selamat. Tidak sama sekali!. Agama tidak pernah menjamin keselamatan dan kebahagiaan anda dan umat manusia di dunia ini. Semua tergantung oleh penganutnya itu sendiri dalam bagaimana mereka mencoba untuk menyelam lebih jauh mendalami agama masing-masing.

Salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan, apa mungkin satu kapal ada dua nahkoda? Itu pasti akan membuat bingung penumpangnya (anak)?. Well, tidak membingunkan kok, karena pada dasarnya agama bukan lah suatu materi yang harus buru-buru diajarkan kepada mereka sejak dini. Lebih dahulu dibutuhkan ajaran moralitas dan filsafat dari agama itu sendiri yang kelak akan membantu menentukan pilihan.

Ini hanya opini pribadi saja. Tidak berarti bawha cinta beda agma itu adalah hal yang “wajib”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun