Bertaruh di tanah rantau membuatku untuk selalu berpikir kreatif agar bisa menaklukan kejamnya kehidupan. Dengan kekuatan finansial yang pas-pasan, sejak 9 tahun lalu atau tepatnya tahun 2008, aku mulai dihadapkan dengan kerasnya kehidupan di kota.
Di tahun itulah aku mulai belajar mandiri. Tidak ada lagi teriakan "pak atau ibu" ketika butuh bantuan, meminta uang jajan dan atau untuk pembeli bensin. Kebiasaan jajan pun perlahan-lahan mulai aku tinggalkan dan hanya jajan seperlunya saja. Termasuk juga kebiasan buruk lainnya selama di kampung satu persatu mulai di hilangkan.
Ada banyak cerita dibalik aku bertaruh selama kurang lebih 9 tahun di tanah rantau. Mulai dari cerita senang, sedih, susah dan lain sebagainya sudah aku lewati, bahkan masih berlanjut sampai sekarang. Tidak terkecuali cerita tentang kondisi financial yang selalu berbeda-beda setiap bulannya, dimana kadang cukup untuk biaya bulanan dan kadang juga ngepas bangad. Untungnya, selalu ada cara untuk mengatasi hal itu. Sehingga keuangan yang pas-pasan pun bisa jadi lebih dari cukup.
Begitulah anak rantau yang ngekost, selalu ada cara untuk menyiasati kondisi financial. Selalu ada ide untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Dan tak jarang ide itu selalu di tiru oleh penghuni lainnya juga. Yah, namanya juga anak kost, apapun dilakukan demi bisa bertahan hidup di tengah kerasnya persaingan di kota.
Nah, ngomongin tentang masalah finansial, aku jadi teringat akan tweet yang aku tulis kurang lebih sebulan yang lalu. Tweet itu sendiri aku tulis saat mengikuti nangkring bareng Kompasiana yang bekerja sama dengan salah satu penyedia asuransi. Isi tweet tersebut kurang lebih seperti dibawah ini :
"Mengelola keuangan untuk masa depan harus cermat, cerdas dan tentunya punya rencana yang pasti"
Tweet yang sederhanakan bukan? Namun dalam prakteknya tidaklah sesederhana itu. Kenapa? Karena dalam prakteknya banyak juga yang gagal melakukannya. Penyebabnya pun beragam, mulai dari kebutuhan dan gaya hidup yang konsumtif, banyak hutang dan janji, pajak yang sering telat dibayar, dan lain sebagainya.
Alhasil, mimpi untuk menciptakan hari tua yang menyenangkan menjadi buyar. Dan mimpi tinggallah mimpi. Alih-alih ingin meninggalkan cerita yang indah, yang terjadi malah sebaliknya. Bukan cerita indah yang di dapatkan oleh keluarga, tapi malah derita tiada akhir.
Berkaca dari hal itu, aku pun tidak mau hal yang sama terjadi pada keluargaku. Baik itu dimasa sekarang maupun dimasa mendatang. Lalu bagaimana caraku mengelola financial. Temukan jawabannya dibawah ini.
Merencanakan Keuangan Sejak Dini
Hal pertama yang harus aku lakukan adalah merencanakan semuanya sejak dini, termasuk dalam mengelola financial. Untuk itu, aku memilih menabung sebagai pilihan pertama. Menabung yang aku maksud disini bukanlah menabung dicelengan ayam pakai uang logam seperti masa kecil dulu. Akan tetapi yang aku maksud adalah menabung di bank.
Ya, menabung di bank. Itulah langkah awal dalam mengelola financial yang aku miliki. Dalam menabung di bank, aku tidak sembarang juga loh melakukannya. Aku harus memastikan terlebih dahulu apakah bank tersebut di jamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Hal itu demi memastikan uang yang aku tabung dikemudian hari tetap aman jika sewaktu-waktu terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.