Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menyukai hal-hal sederhana, suka ngopi, membaca dan sesekali meluangkan waktu untuk menulis. Kunjungi juga blog pribadi saya (www.arsitekmenulis.com) dan (http://ngeblog-yuk-di.blogspot.com)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Indonesia, Belajar dari Warga Jepang dalam Mengelola Asuransi

18 Oktober 2016   00:19 Diperbarui: 18 Oktober 2016   00:39 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah kebiasaan memberikan instruksi satu arah. Seperti apa yang menjadi ekspektasi tadi, yang mana tak selamanya sesuai kenyataan. Contohnya, memaksa anak untuk mengambil kuliah di jurusan kedokteran sedangkan sang anak sukanya jurusan teknik. Mirisnya lagi, keinginan tersebut tidak mau di diskusikan dengan sang anak yang kelak akan menjalaninya. Alhasil, ketika anak kuliah menjadi tertekan dan tidak enjoy karena tidak sesuai dengan hobi atau passionnya. Itu baru salah satunya saja yang saya temui dilapangan dan masih banyak lagi contoh lainnya.

Kan kasihan masa depan anak di korbankan demi ambisi orang tua. Apalagi sekarang bukan zamannya lagi seperti itu, segalanya harus mulai di ubah sebelum semakin jauh dan menjadi warisan turun temurun. Itu pun kalau mau mengubahnya. Yang pastinya sang anak pengen masa depannya cerah dan dilindungi bukan malah dijerumuskan karena ego.

Kembali ke obrolan bersama doi.

Semakin lama obrolan sore itu menjadi panas, adu argumen bareng doi semakin sengit. Namun demikian tetap diselingi dengan humor biar suasana tetap cair dan tidak memicu perang dunia ketiga. Bahkan doi tetap tidak mau kalah, malah memberikan pertanyaan baru. Kurang lebih seperti ini : “Sekarang kan biaya pendidikan setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan, terus bagaimana cara kamu untuk mengatasinya?”

Saya pun segera memacu pikiran untuk menemukan jawaban yang tepat. Untung saja, sejak kecil saya pernah mendengar bapak yang ketika itu jadi guru ikut asuransi. Namanya Bumiputera dan itu asuransi pertama yang saya kenal.

Saya yang kala itu masih bocah, hanya tahu kalau asuransi Bumiputera itu dikhususkan untuk pendidikan dan bapak saya ikut asuransi karena ingin kami anak-anaknya terproteksi dan bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sebagai bocah kampung yang berada di daerah terpencil, saya tidak begitu paham mengenai asuransi dan bagaimana wujudnya.

Namun ketidakpahaman itu akhirnya terjawab akhir agustus lalu ketika mengikuti Kompasiana Nangkring Bareng Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 di Hotel Santika Makassar.

Seperti kita ketahui, biaya pendidikan setiap tahunnya mengalami peningkatan rata-rata 15%. Sungguh jumlah yang lumayan wah jika di hitung-hitung untuk jangka panjang. Dimana jika kita tidak melakukan perencanaan yang matang dari sekarang, bukan tidak mungkin di masa mendatang untuk melanjutkan pendidikan saja harus pake mikir 1000 kali dulu. Kenapa? Apalagi kalau bukan karena “MAHAL”.

Artinya, yang bisa merasakan bangku pendidikan nantinya hanyalah anak-anak orang berduit saja. Sedangkan anak-anak yang dilahirkan dari keluarga menengah ke bawah hanya bisa berkhayal saja dan menelan ludah saking pengennya sekolah, tapi tidak mampu secara biaya. Dan itu artinya lagi, apa yang menjadi amanat UUD 1945 hanya akan menjadi mimpi belaka.

Tapi jangan panik dulu, karena Bumiputera hadir untuk mengisi mimpi seperti yang amanatkan UUD 1945 tersebut. Dari acara nangkring waktu itu (27 Agustus 2016) banyak hal yang bisa ditemukan di Bumiputera, tepatnya beragam produk asusransi potensial yang ditawarkan, lebih khusus lagi yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Baik untuk anak-anak sampai kuliah pun ada, seperti Asuransi Mitra Prima, Asuransi Pendidikan Mitra Beasiswa, Asuransi Pendidikan Mitra Cerdas, dan Asuransi Mitra Iqra (Syariah).

Pertanyaannya sekarang, seperti apa saja produk asuransi tersebut. Simak selengkapnya di bawah ini, yang tentunya saya kutip dari website Bumiputera sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun