Pelakunya pun beragam, mulai dari ibu-ibu rumah tangga, tukang ojek, tukang becak, tukang kayu, penjual sayur, dan orang-orang dengan ekonomi menengah ke atas pun saya temukan di tempat itu. Menariknya, budaya itu menjadikan hubungan antara anak dan orang tua terlihat semakin dekat.
Khusus untuk orang tua yang anaknya masih kelas 1 dan 2 SD, kedekatan itu begitu kental sekali terlihat. Terbukti, setiap ibunya menjemput di jam pulang, sang anak selalu menceritakan apa yang di alaminya dari pagi hingga masuk bel pulang. Selain pemandangan itu, komunikasi antara orang tua dan guru pun jadi begitu akrab. Layaknya sebuah pemasangan, antara guru dan orang tua murid begitu saling memahami. Orang tua tak segan menanyakan apa yang dilakukan oleh anaknya saat jam sekolah, apakah berperilaku baik atau sebaliknya. Begitu pula dengan para guru, tak lupa menjawab apa yang ditanyakan oleh para orang tua murid.
Saya yang menyaksikan pemandangan unik nan indah itu, hanya bisa berkata dalam hati. ”Coba sekolah-sekolah lain yang tersebar di Indonesia ini melakukan hal yang sama. Pasti tidak ada yang namanya salah paham antara guru dan orang tua murid. Segala masalah selalu ada solusinya dan di bicarakan dengan kepala dingin.”
Bagi kita yang merupakan penikmat film, mungkin kebanyakan hanya terpukau dengan akting pemainnya. Namun tidak sadar bahwa dari film tersebut banyak yang bisa kita petik dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah budaya mengantarkan anak ke sekolah.
Di luar sosok Ip Man, ada juga yang tak kalah menarik. Di mana terjadi di dunia nyata, seperti halnya pengalaman singkat yang saya alami selama 2,5 bulan di tahun 2015 kemarin. Dan itu datang dari Mega Bintang Real Madrid dan Portugal yang sering di cap arogan. Ya, siapa lagi kalau bukan Cristiano Ronaldo.
Kalau diperhatikan budaya yang ditunjukkan dari ketiga cerita saya di atas di atas, baik itu orang tua murid di dekat tempat saya kerja, Cristiano Ronaldo maupun sosok Ip Man di film Ip Man 3 terlihat melakukan yang sepele. Namun sayang banyak yang tidak sadar bahwa dari kebiasaan sepele tersebut, tersimpan manfaat yang sangat besar dan akan terasa hingga masa yang akan datang nanti, utamanya bagi orangtua dan anak.
Untuk orang tua, mengantarkan anak merupakan salah satu cara mendidik dengan kasih sayang sekaligus menanamkan pondasi masa depannya. Sadar atau tidak, kebiasaan ini juga dapat meningkatkan kepercayaan diri anak, termasuk kepercayaan anak pada orang tua. Bahkan hubungan antara orang tua dan anak pun akan semakin dekat. Mengapa? Karena anak akan merasa memiliki teman, sahabat, serta pelindung. Di sisi lain kerja sama dan komunikasi antara orang tua dan guru akan terjalin dengan baik.
Lalu apa manfaatnya bagi sang anak. Tentunya yang pertama ia akan merasa orangtuanya menyayanginya. Kepercayaan dirinya pun akan meningkat, rasa cemas berkurang, merasa semakin dekat dengan orang tua, punya pelindung atau benteng pertahanan, dan masih banyak manfaat lainnya yang akan muncul dengan sendiri.
Semoga ada manfaatnya.