Di suatu siang tepatnya sekitar dua bulan yang lalu, seperti biasanya dikala akhir pekan dan jika tidak ada kerjaan, saya kembali menyempatkan untuk berkumpul bersama teman-teman sekampung disebuah kost yang letaknya tidak jauh dari rumah kontrakan. Ketika itu, cuaca kota Makassar tidak hujan seperti biasanya. Cuaca hari itu sangat cerah ceria, tapi tidak seceria hati saya yang sudah lebih 2 bulan menunggu kepastian jadwal ujian hasil. Bahkan cuaca hari itu terbilang lumayan panas, terbukti dengan banyak keringat yang menetes keringat di dahi dan juga pori-pori tangan.
Untungnya, bangunan kost teman yang saya kunjungi memadukan gaya Arsitektur lokal dan modern. Hal ini terlihat dari sebagian bangunannya menggunakan dinding tembok (lantai dasar) dan sebagian lagi masih menggunakan dinding dan lantai kayu, khususnya lantai 2. Saat sampai di kost teman tersebut dan pandangan saya pusatkan ke lantai 2, ternyata terlihat begitu ramai. Saya pun segera mempercepat langkah menuju lantai 2.
Ketika sudah sampai di lantai 2, ternyata para lelaki yang sedang berdiskusi dan sesekali bercanda sedang membicarakan tentang masa depan jika sudah selesai kuliah. Dalam hal ini urusannya tidak jauh-jauh dari jodoh, karena semuanya masih jomblo dan susah pedekate dengan seorang gadis. Setelah soal jodoh atau pasangan sehidup semati, yang selanjutnya di diskusikan adalah jika sudah punya pasangan, nanti mau di kasih makan apa, apalagi zaman sekarang mencari kerja lumayan susah. Lebih-lebih lagi jika kelak sudah punya anak, tambah ribetkan urusannya. Masa mau dikasih makan daun kelor tiap hari, begitulah salah seorang di antara kami berkelakar.
Saya yang mendengar hal itu hanya manggut-manggut saja. Namun saya tidak diam saja. Setelah tawa kami berhenti akibat canda dari seorang teman tadi, saya pun langsung memberikan pendapat. Kurang lebih seperti ini, “Kan kalau orang sudah menikah, rejeki bisa datang dari arah yang tidak terduga”.
Mereka pun menjawab iya sih, tapi kan rejeki tidak datang begitu saja tanpa usaha. Saya pun kembali memberikan pendapat, “Ya cari kerjalah kalau udah menikah, masa berdiam diri dirumah menunggu keajaiban datang. Kan banyak jalan menuju Roma. Ya, kalau bisa dan udah dapat pekerjaan disisihkanlah sedikit-sedikit buat masa depan, seperti asuransi atau menabung misalnya.”
Dan seperti yang saya duga, mereka langsung nyerocos gegara mendengar kata ASURANSI. “Ah, asuransi mah bikin ribet aja, ujung-ujung susah dicairkan dananya ketika sudah jatuh tempo pencairan. Biasanya yang memberikan asuransi punya seribu satu alasan, hingga berujung asuransi itu tidak cair. Kan rugi jadinya kalau kaya gitu.”
Saya pun menghela nafas namun tetap maklum, karena saya tahu mereka berkata demikian akibat tidak mengerti tentang asuransi dan cuma bisa mendengar hal-hal negatif yang berseliweran diluar sana, yang ujung-ujungnya membuat siapa pun termasuk mereka jadi ragu untuk berasuransi. Padahal jika mereka mau menyelami dunia asuransi dari jauh-jauh hari sebelumnya, saya yakin mereka tidak akan mengatakan demikian.
Mengapa? Karena yang namanya asuransi banyak macam dan jenisnya, serta setorannya pun bervariasi. Nggak melulu harus nunggu kerja dulu dan punya gaji banyak, ikut sejak SMA atau kuliah pun bisa. Karena asuransi pun ada yang biaya setorannya murah. Saya mengatakan begitu karena saya sudah ikut asuransi sejak satu setengah tahun yang lalu. Awalnya memang agak berat, tapi setelah beberapa bulan berjalan, jadinya kaya nggak berasa ikut asuransi. Semuanya kembali berjalan normal malah.
Kini setelah perlahan-lahan saya selami dunia asuransi, ternyata tidak hanya dimulai dari usia SMA atau kuliah, untuk usia 0 sampai 17 tahun pun ada. Soal setoran bisa disesuaikan dengan kemampuan pribadi masing-masing dan jenis asuransi apa yang kamu butuhkan. Apakah itu asuransi jiwa, pendidikan, kesehatan, mobil, rumah, dan lain sebagainya? Bahkan untuk hari tua pun banyak. Nggak mau kan pas tua kelak nggak punya finansial yang cukup. Masa kamu mau kerja terus sampai tua, sedangkan masa tua seharusnya digunakan untuk menikmati hidup dan jerih payah semasa masih muda.
Tapi semua kembali lagi ke kamunya, mau pilih yang mana. Tapi jika kamu pengen apa yang kamu lakukan hari ini tidak hanya bermanfaat untuk hari juga, tetapi bisa bermanfaat untuk hari esok dan masa mendatang alias masa tua kelak, maka tidak ada cara lain untuk merencanakan masa depan kamu selain di mulai dari sekarang.
Mengenai bagaimana caranya? Hanya kamu yang tahu. Tapi jika kamu pengen mencoba untuk ikut berasuransi, maka saya sarankan mulai menyelami dunia asuransi dari sekarang. Diluar sana sudah banyak buku yang membahas tentang dunia asuransi. Namun jika kamu tidak bisa membeli buku, kamu bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi sekarang ini. Apa itu? Apalagi kalau bukan mencari seluk beluk asuransi di dunia maya alias internet.