Di jaman modern ini, hampir semua yang kita inginkan bisa didapatkan dengan mudah. Segalanya sudah serba modern, canggih, mudah bahkan tersedia dengan instan. Salah satunya saat kita ingin mendapatkan informasi terbaru dan menambah pengetahuan yang dimiliki.
Saat ini kita tidak perlu bersusah payah lagi untuk mendapatkan informasi, baik yang sudah lampau maupun terbaru. Dengan kecanggihan teknologi saat ini, semuanya bisa kita dapatkan dalam sekejap. Bahkan kita di suguhkan dengan berbagai pilihan sehingga tinggal memilih yang mana yang sesuai dengan selera masing-masing. Semuanya tersedia dalam media cetak dan elektronik. Sedangkan media elektronik masih terbagi lagi menjadi dua, yaitu televisi dan internet yang biasa kita kenal dunia maya.
Ngomongin soal dunia maya, pasti semua sudah kenal bahkan mungkin akrab dengan jejaring sosial yang saat ini fenomenal. Ya... apalagi kalau bukan Faccebook dan Twitter. Keduanya bagaikan Romeo dan Juliet yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari dan keberadaannya telah menghipnotis setiap penggunanya.
Seiring berjalannya waktu, pengguna kedua jejaring sosial ini semakin bertambah bahkan media-media lain pun ikut menjadi penggunanya, contohnya seperti media massa. Kehadiran keduanya tidak di sia-siakan oleh media massa untuk menarik minat masyarakat agar semakin banyak yang membaca berita yang disuguhkan.
Akan tetapi, jika diperhatikan dari hari ke hari kadang berita yang di suguhkan antara judul dan isinya bertolak belakang bahkan mengundang kontroversi. Entah itu merupakan bagian dari strategi dalam menarik minat pembaca atau bukan.
Semakin miris lagi saat melihat komentar yang bermunculan. Banyak pembaca ikut hanyut dengan judul yang berbau kontroversi tanpa membaca dulu isi dari berita/informasi tersebut. Komentar asal-asalan pun keluar, kadang ada yang menghujat, mencaci, serta mengeluarkan kata-kata sumpah serapah, belum lagi ditambah dengan komentar bernada negatif lainnya. Padahal belum tentu informasi yang diperoleh itu benar adanya.
Mengomentari, menilai dan mengkritik memang merupakan kegiatan yang sangat mudah. Dengan hanya berbicara seideal serta sesempurna mungkin seakan paling tahu segalanya untuk sesuatu yang dikomentari. Bahkan tidak jarang untuk selalu mencari kelemahan dan kesalahan.
Hal lain yang sering aku temukan adalah kurangnya minat untuk membaca terlebih dahulu. Aku gak melarang atau mengharamkan untuk mengkritik, akan tetapi hanya berharap agar biasakanlah terlebih dahulu untuk membaca sebelum mengomentari informasi yang diterima. Aku senang melihat orang yang suka mengkritik, tapi ingat harus seuai takaran.
Apa susahnya untuk mengomentari sesuatu dengan seperlunya, bukan karena memiliki tujuan mencari-cari kesalahan. Dalam berkomentar pun ada etikanya, setidaknya berpikir logis dan sopanlah. Tidak harus menggunakan kata-kata kasar dan semacamnya, tanpa memberikan solusi pula.
So... Mari budayakan membaca dulu sebelum berkomentar. Setuju gak!
Makassar, 12 Januari 2015
Arif Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H