Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menyukai hal-hal sederhana, suka ngopi, membaca dan sesekali meluangkan waktu untuk menulis. Kunjungi juga blog pribadi saya (www.arsitekmenulis.com) dan (http://ngeblog-yuk-di.blogspot.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Arsitek Menulis, Kenapa Gak?

15 Februari 2015   19:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:08 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_369042" align="aligncenter" width="318" caption="Imelda Akmal, Arsitek sekaligus penulis buku"][/caption]

Bagi mereka, tulisan dijadikan sebagai sarana untuk berbagi kepada semua orang meskipun kadang tidak mengenal satu sama lain. Kebaikan demi kebaikan ditaburkan lewat tulisan yang mereka hasilkan. Begitu banyak hal yang bisa dilakukan lewat sebuah tulisan. Bahkan tak jarang dari mereka yang sampai menghasilkan sebuah buku dari hasil tulisan-tulisan yang dikumpulkan. Dan tentu saja sebagai bonusnya akan mendapatkan imbalan berupa royalti.

Jaman sekarang, menulis sudah dianggap sebagai salah satu keterampilan yang patut dicoba. Menulis juga bisa dijadikan sebagai pilihan untuk investasi masa depan. Bahkan menulis tidak perlu lisensi khusus seperti halnya sebuah profesi atau tempat kursus. Kok bisa! Ya... pasti bisa, karena yang dilihat bukan sertifikat atau lisensi yang didapatkan setiap orang melainkan kualitas tulisan yang di hasilkannya.

Dalam dunia tulis menulis yang dibutuhkan hanyalah keseriusan dan terus berlatih, terus mencoba serta tetap semangat untuk belajar menulis. Menulis itu sama halnya dengan berjalan, makin sering dilatih maka lama-lama akan mahir juga. Lantas, profesi yang bagaimana dan siapa saja yang boleh menulis? Jawabannya adalah semua orang tanpa memandang profesi yang dimiliki. Entah mereka itu adalah seorang dokter, pengusaha, guru/dosen, mahasiswa, arsitek, dan sebagainya.

Ngomongin soal profesi, saya pernah mendengar sebuah kalimat masih saya ingat sampai sekarang. “Arsitek kok beralih jadi penulis buku, ngapain kuliah kalau ujung-ujung hanya menulis buku”. Awalnya, saya pun ikut terbawa arus dan langsung membenarkan pernayataan tersebut. Hal ini dikarenakan saya masih baru dengan dunia perkotaan dan belum mengenal dunia tulis menulis.

Namun, seiring berjalannya waktu dan saat mulai mengenal dunia tulis menulis serta mulai mengoleksi berbagai buku bacaan termasuk buku tentang arsitektur, saya pun sadar bahwa semua orang bisa menulis meski orang tersebut adalah seorang arsitek. Bahkan salah satu hobi yang saya lakukan sekarang berbanding dengan anggapan sewaktu masih menjadi orang baru yang tidak tahu apa-apa.

Meskipun belum bisa menghasil tulisan tentang arsitektur, saya yakin pada waktunya nanti pasti bisa menghasilkan karya tulis mengenai profesi saya tersebut. Sebagai pemula yang masih dalam proses belajar menulis, saya mencoba menyemangati diri dan menanamkan sebuah motivasi agar bisa konsisten belajar menulis.

Arsitek menulis, kenapa gak? Itulah motivasiku.

Makassar, 15 Februari 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun