Mohon tunggu...
KIKI
KIKI Mohon Tunggu... Lainnya - loving soul

an ever-evolving writer

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Toxic Productivity: Fenomena Gila Kerja Sampai Melupakan Kebutuhan Sehari-hari

22 Desember 2021   13:12 Diperbarui: 22 Desember 2021   13:19 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Apa kamu pernah berada di posisi sangat kelelahan karena terlalu banyak pekerjaan atau kegiatan yang kamu jalani? Kamu sampai lupa makan bahkan gak punya waktu tidur karena kamu sibuk menjadi produktif. Kalau berhenti, kamu merasa bersalah karena bersantai-santai dan tidak mengerjakan apa-apa. Sebenarnya, kamu beneran produktif atau sedang mengalami toxic productivity, sih?

Toxic productivity adalah kondisi ketika seseorang terobsesi untuk bekerja atau menjadi produktif dan merasa bersalah kalau tidak melakukan apa-apa. Kondisi ini bermula dari budaya yang sudah ada sejak lama, yaitu ketika seseorang yang produktif dianggap sebagai suatu kebiasaan baik. Produktivitas yang memiliki nilai positif ini menjadi suatu hal yang bernilai hebat sehingga banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi yang paling produktif. Sampai-sampai, karena terlalu produktif, seseorang melupakan kebutuhan sehari-harinya seperti makan, mandi, dan beristirahat. Kalau sudah ditahap seperti itu, artinya produktivitas kamu sudah termasuk ke dalam definisi toxic. 

"Tapi, kan, jadi produktif itu baik!" Benar, kok, kalau jadi produktif itu baik. Tetapi, kalau kamu sampai telat makan, kurang tidur, jadi sakit, dan gak mau bersosialiasi karena kesibukanmu, produktivitasmu udah gak sehat!

Apa saja ciri-ciri toxic productivity? 

1. Terobsesi untuk terus produktif setiap harinya. Bekerja atau berkegiatan yang berlebihan sampai mengganggu kesehatan dan kewajiban artinya sudah termasuk toxic atau tidak sehat.

2. Memiliki ekspektasi terlampau tinggi atau tidak realistis. Toxic productivity membuat kamu memiliki ekspektasi tinggi yang tidak realistis, sehingga menjadikanmu terus berusaha atau bekerja untuk ekspektasi tersebut.

3. Gelisah dan merasa bersalah ketika beristirahat. Saking wajibnya menjadi produktif, setelah seharian bekerja, kamu merasa gak deserve istirahat walaupun hanya 10 menit. Hal ini membuat kamu stres dan kelelahan dalam waktu bersamaan.

Toxic productivity akan membawa dampak buruk untuk kesehatan fisik sekaligus kesehatan mental kamu. Kamu menjadi terlalu keras terhadap diri sendiri dan terobsesi untuk menjadi lebih produktif dari orang lain. Oleh karena itu, kamu harus mengevaluasi tujuan dan ekspektasi yang kamu targetkan, supaya gak mengganggu kesehatanmu!

Jadi produktif itu baik, tapi jangan sampai berlebihan, ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun