Sepertinya iya.
Dalam skala kecil misalnya, orang tua saya berdagang macam-macam bahan makanan, kakek saya berjualan furnitur, sepupu saya jualan pulsa, budhe jual makanan, paman jualan peralatan aluminum macam etalase. Saya sendiri juga mulai merintis usaha desain kaos.
Untuk skala lebih luas, kita tengok orang cina. Jika dahulu kakeknya adalah pedagang air keliling, maka anaknya akan membuka jasa isi ulang air minum dan cucunya mungkin akan membuka pabrik air minum dalam kemasan. Atau orang-orang Padang yang rumah makannya ada di setiap perempatan jalan di seluruh Indonesia.
Saya bandingkan dengan teman saya yang orang tuanya dokter, karyawan, pejabat, atau PNS. Jarang ada yang bercita-cita jadi pengusaha.
Kalau dilihat secara kasat mata, itu sudah jelas entrepreneurship bisa dibiasakan sejak dini, kalau orang tuanya juga berbakat jadi entrepreneur. Kalau begitu apakah mesti anak seorang pengusaha juga jadi pengusaha juga? Belum tentu, tapi peluangnya lebih besar. Lalu apakah peluang anak seorang dokter, karyawan, pejabat, dan PNS bisa jadi pengusaha lebih kecil? Nggak juga.
Jadi, apakah entrepreneurship termasuk bakat turunan? Sepertinya bukan. Entrepreneurship tergantung inisiatif dan keberanian kita untuk mencoba suatu hal yang baru, merintis usaha.
Kalau menurut anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H