Mohon tunggu...
Abah Iqbal
Abah Iqbal Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta, tepat tatkala mentari berkalang rembulan. Bergelar Abah bukan karena ahli agama atau orang alim, melainkan menjadi doa agar segera berkeluarga. Pakai Peci karena atribut nasional. Berkalung sorban bukan karena perempuan, melainkan takut masuk angin. Hanya seorang sontoloyo (mencari kewarasan dalam kesintingan). Menulis dalam rangka menenangkan "the beast" di dalam "suksma", "menggugah", sekaligus mengingatkan diri sendiri. Terkadang butuh dihina agar dapat selalu ingat dan waspada untuk merendahkan hati kepada sesama dan merendahkan diri kepada Yang Maha..

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Sebungkus Rokok Merah

1 Mei 2011   10:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:11 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Anda yang mengamati dari depan, akan berpendapat bahwa sebungkus rokok adalah sebidang persegi panjang dengan warna merah di tengahnya

Anda yang mengamati dari samping, akan berpendapat bahwa sebungkus rokok adalah sebidang persegi panjang dengan tulisan "14 mg Tar, 1.0 Nicotine" Anda yang mengamati dari belakang, akan berpendapat bahwa sebungkus rokok adalah sebidang persegi panjang dengan tulisan "Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, dst...." Kalaulah kita merendahkan hati untuk saling bertukar tempat pengamatan dan pendapat, tentu kita akan mengerti ternyata sebungkus rokok bukanlah benda 2 dimensi, melainkan benda 3 dimensi berbentuk kotak; dan lambat laun kita akan memahami bahwa ada isi di dalam sebungkus rokok yang bisa dinikmati oleh (sebagian dari) kita semua. Sayangnya, kebanyakan dari kita terlalu pongah untuk bertukar sudut pandang dan pendapat dengan yang lainnya. Lebih suka bertengkar dan gontok-gontokan untuk mempertahankan keyakinan dan pemikiran dari sudut pandangnya masing-masing. Manakala mereka telah kehabisan energi bertengkar dan berkelahi, mungkin akan punah jua energi kecongkakan mereka serta sudi untuk bertukar sudut pandang dan pada akhirnya mengerti bahwa sebungkus rokok adalah benda 3 dimensi berbentuk kotak. Namun, sayangnya terlambat sudah dan sesal kemudian tak ada artinya. Tatkala mereka menghabiskan energi untuk saling beradu "kebenaran semu" dari sudut pandangnya masing-masing, isi sebungkus rokok tersebut telah habis kuhisap di bawah pohon rindang sambil pandangi matahari hilang. Meresapi keindahan bidadari-bidadari yang menjelma menjadi kepulan asap rokok sambil tersenyum simpul memandangi mereka yang saling bertengkar untuk mengerti akan bentuk sebungkus rokok, yang kini telah kosong tiada guna ketika mereka SADAR pada akhirnya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun