Mohon tunggu...
Arbit Manika
Arbit Manika Mohon Tunggu... Administrasi - Aktivis Desa dan Pro Demokrasi

Aktivis Desa dan Pro Demokrasi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membaca Gertakan People Power Tim BPN 02

24 April 2019   11:21 Diperbarui: 25 April 2019   09:50 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebulan terakhir, Amien Rais Sebagai salah satu dewan penasehat Tim Pemenangan BPN 02, menjadi perbincangan publik, karena manuver politiknya yang dinilai, sangat menggelitik akal sehat, bagaimana tidak seorang Amin Rais, membuat statmen yang nada mengancam, saat berorasi di Depan KPU (31/3/2019),  bahwa  akan melakukan People Power jika KPU melakukan kecurangan.

Tentu pernyataan Amien Rais, sebagai salah seorang politisi senior,  mengguncung aras politik nasional, sehingga berbagai pakar, termasuk Prof. Syafi`i Maarif,  Mahfud MD, menyayangkan sikap Amin Rais. Pernyataan Amin Rais, tentu punya maksud, apalagi saat berorasi di depan KPU, yang membawa ribuan relawan 02, dari pentolan FPI, dan yang lain.  

Mungkin salah satu pesan yang ingin di sampaikan, agar terbangun opini publik, bahwa KPU tidak indevenden, KPU curang. Tujuannya tentu, untuk mendelegitimasi hasil Pemilu, utamanya Pilpres.

Apakah pernyataan Amien Rais, merepresentasi BPN 02, yang dua minggu sebelum pelaksanaan pemilu, elektabilitas 02 masi berada diangka 34% - 37%, dari semua lembaga survei indevenden, sehingga statmen ini, di tafsirkan oleh pihak TKN 01, sebagai bentuk kepanikan  tim BPN 02, menghadapi pemilu yang tersisa beberapa hari lagi saat itu.

Narasi kecurangan  dan people power, menjadi viral di perbincangkan di media social, menjelang pelaksanaan pemilu tanggal 17 April 2019. Bak gayun bersambut, 4 Jam setelah pemungutan suara pemilu, secara nasional dilaksanakan, Prabowo Subianto mendeklarasikan kemenangannya, secara sepihak, dengan mengkalim  kemenangan 62%, dari data Real Count internal BPN 02. Sejam setelah 12 lembaga survei, merilis hasil Quick Countnya , yang memenangkan pasangan Jokowi Ma`ruf Amin.

Sikap Prabowo Subianto sebagai Capres 02, dalam merespon hasil sementara Pilpres yang dirilis oleh 12 lembaga survei, dengan kemenangan Jokowi, terlihat emosional, dan sudah dalam perencanaan matang, namun keliru, dalam menentukan dasar kemenangan 62%, yang menurutnya bersumber dari Real Count Internal. Karena logika publik, tidaklah mungkin perhitungan Real Count, atau perhitungan dari C.1. semua TPS dari 813.350 TPS,  lebih cepat dari Quick Count, yang hanya mengambil sampel 5000, C.1. TPS.  

Dalam Pidato Deklarasi klaim kemenangan Prabowo, yang dilakukan tiga kali, selain menyatakan keunggulannya, berdasarkan exit fool dan real count internalnya, dengan kemenangan 62%, Prabowo juga meyampaikan tuduhan kecurangan yang terjadi pada pelaksanaan pemilu, yang dilakukan berbagai pihak, dan menuduh Lembaga survei tukang bohong.

Pada satu sisi Prabowo mengakui telah memenangi pilpres, berdasarkan data real count internalnya, dari perhitungan C.1  semua TPS. Artinya Prabowo mengakui hasil pemilu, karena tetap menggunakan C.1, tapi sisi  lain, Prabowo sebagai Capres 02, menuduh penyelanggaraan pemilu, penuh kecurangan. Bahkan dalam Pidato klaim kemenanganya, Prabowo meminta relawannya, untuk mengawal C.1, mengawal Kotak Suara di PPK.

Membaca arah dan sikap politik 02, dalam merespon hasil sementara pemilu, tentu kita mencoba menganalisis rangkaian kejadian sebelumnya, yang mengarah pada upaya mendelegitimasi hasil pemilu, seperti kasus 7 kontainer kertas suara telah tercoblos, kejadian kertas suara tercoblos di Malaysia, dan ancaman people power Amin Rais, deklarasi klaim kemenangan 02, narasi pemilu curang yang dibangun pihak 02, tidak mempercayai KPU dan Institusi lain.

Demokrat sebagai salah satu Partai pengusung pasangan 02, telah bersikap, bahwa menolak langkah inkonstitusional yang akan dilakukan oleh Prabowo Subianto, Ketua Umum PAN, dari tiga kali deklarasi tidak pernah hadir, dan beberapa Tokoh PKS telah memberi sinyal menerima hasil Pilpres. Ini tentu memberi sinyal pada kita bahwa di BPN 02, Prabowo mulai ditinggal oleh pendukungnya, tapi berkembang pula opini bahwa, ada pihak yang mencoba memberi informasi yang salah dan cendrung mempropokasi  Prabowo.

Di akui atau tidak, bahwa mesin politik, paling idiologis mengawal agenda pasangan 02, adalah kelompok  Islam Radikal (HTI), FPI dan kelompok Islam yang berpaham Wahabi. Mereka ini terkesan ngotot ingin memenangkan Prabowo Sandiaga. Karena itu ancaman Amin Rais dengan people powernya, sesungguhnya bukan gertakan sambal, jika Prabowo Sandiaga, Amin Rais dan se kelompok Elit yang ada di sekitar Prabowo,  menginginkan itu, karena publik pasti belum melupakan bagaimana kelompok ini, beberapa kali melakukan pengumpulan massa dengan jumlah besar di Jakarta.

Pertanyaannya kemudian adalah, apakah Prabowo, Amin Rais, dan Elit elit yang ada di sekitar Prabowo, masi ber akal sehat, karena  ini, adalah cara cara makar, yang tentu inkonstitusional, dan mengancam kedaulatan bangsa. Bukankah penanganan kecurangan atau sengketa pemilu, telah di atur dalam Undang Undang. Tentu ada kekurangan, dari proses penyelenggaraan Pemilu, karena itu Undang Undang Pemilu, telah menyiapkan ruang penyelesaian, pelanggaran dan sengketa pemilu.    

Pemilu yang hampir setahun berproses ini, tidak hanya sukses memilih pemimpin, baik di legislatif, maupun Presiden dan Wakil Presiden. Tapi Pemilu kali ini, telah mengoyak ngoyak kohesi sosial, relasi sosial, bahkan mencabik cabik bangunnan nilai yang ada di masyarakat. Politisi, harus menyadari, begitu mahal pengorbanan  rakyat dari proses Pemilu ini, bahkan ada 116 orang petugas KPPS meninggal dunia.

Saat ini, Narasi Indonesia bersenandung kembali, seperti yang digagas oleh ILC TV One dan Kompas Tv, menjadi sangat penting dilakukan, Kita menyadari, bahwa  kalah dalam sebuah kontestasi yang melelahkan seperti Pilpres dan Pileg ini, bukanlah mudah, tapi rakyat juga telah mengorbankan segalanya, untuk menemukan pemimpin yang terbaik, karena itu, saatnya kita merajut kembali selendang sutra, yang kusut, karena perbedaan pilihan,  mari kita songsong Indonesia  Maju, yang Adil dan Makmur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun